Mutasi, promosi dan rotasi job desc secara total yang terjadi di divisi saya di kantor menyebabkan irama kerja yang tadinya sudah mengalun dengan indah menjadi bubar :D
Konsekuensinya, saya menghilang dari dunia Facebook secara update status selama lebih dari 2 bulan, secara menulis notes lebih dari 1 bulan, menimbulkan pertanyaan dari beberapa teman yang perduli sehingga mengirimkan pesan di inbox saya, "Mbak / Yen, apakah semua baik2 saja?"
Duh, bahagianya memiliki teman yang penuh perhatian, terima kasih atas perhatian kalian semua, saya baik-baik saja, hanya saja belum mendapatkan irama kerja sehingga rasanya kurang bijak jika saya tetap asyik online sementara pekerjaan saya belum tertata.
Namun demikian, sebuah cerita memaksa saya untuk memanfaatkan waktu makan siang yang tidak saya gunakan kemarin dan waktu datang lebih pagi sebelum memulai pekerjaan untuk menuliskan notes ini, karena rasa menumpuk di dada jika tidak dibagi :)
Seorang sahabat bercerita tentang cinta masa lalu dengan sahabat lamanya yang tak berjodoh, yang justru secara tak sengaja baru terungkap semua setelah mereka sama-sama berkeluarga.
"Jangan khawatir, kami tidak berselingkuh," demikian ujarnya tenang saat melihat sorot khawatir di mata saya.
"Kami justru saling mengingatkan satu sama lain untuk selalu mencintai keluarga... Kami bersahabat sejak lama, dan aku menyayangi istri dan anaknya seperti dia menyayangi anakku dan menghormati suamiku..." demikian jelasnya pada saya.
Saya pun terdiam, namun, berkaca pada pengalaman dirinya dan mungkin pengalaman banyak orang lain - termasuk saya - yang pernah memiliki "cinta masa lalu", ingin rasanya saya bertanya kepada Allah.
"Ya Allah... Dosakah perasaan cinta yang terpendam di dalam hati? Cinta yang terbungkus rapi dengan jalinan silaturahmi, yang tidak diikuti dengan perbuatan yang salah, namun toh rasa cinta itu tetap ada - meski hanya dalam hati saja?"
"Pernikahannya hancur, karena istrinya jatuh cinta lagi..." demikian cerita sahabat saya dengan nada sedikit pilu.
"Dan setelah sekian lama sendiri akhirnya terbukti benar bahwa Allah menciptakan manusia untuk berpasangan. Cinta kembali menghinggapi hatinya, seorang wanita yang bisa memberikan perasaan nyaman bagai dijatuhkan dari langit oleh Allah dihadapannya..."
"Bagaimana perasaanmu?" tanya saya usil sambil tertawa kecil.
Sahabat saya berkata jujur sambil tersenyum lebar, "Ambigu... Ada perasaan seperti melepaskan cinta pergi untuk kedua kalinya, namun juga bahagia ada yang akan kembali menemaninya menjalani hari demi hari..."
"Dia berkata, menemukan sebagian dari 'diriku' dalam diri wanita itu, dan entah bagaimana kata-kata itu membuat aku tersanjung..." tutur sahabat saya sambil tersenyum.
Saya ikut tersenyum. Saya sangat memahami bahwa sahabat saya tidak membutuhkan komentar dan saran apapun dari saya. Dia hanya membutuhkan tempat untuk bercerita, membutuhkan seorang sahabat yang tidak lantas menghakiminya memiliki rasa cinta yang salah. Saya tahu pasti sahabat saya memiliki pernikahan yang luar biasa, dan dikaruniai anak yang juga luar biasa. Dan pernikahan seperti itu jelas tidak akan dia dapatkan jika sahabat saya "membagi cinta" :)
"Pernahkah kamu merasakan, Nie, mencintai keluargamu dan menjalani hidup dengan bahagia, mencintai suamimu dan yakin bahwa dia adalah yang terbaik dipilihkan Allah untukmu, tidak pernah membandingkan dia dengan pria lain, tapi memiliki cinta lain yang meski tidak pernah dipupuk, sudah berusaha dinetralkan, namun tetap ada walau hanya dalam hati saja?"
Saya hanya tersenyum. Dan sahabat saya pun tidak mendesak saya untuk menjawab pertanyaannya.
"Hahahaha... terdengar aneh ya?"
"Apa yang kamu lakukan jika pada suatu kesempatan rasa cinta itu terasa penuh di dadamu dan berloncatan ingin keluar?" tanya saya ingin tahu.
"Membaca Istighfar dan Al Fatihah tentu saja, karena hanya dengan pertolongan Allah lah aku tetap bisa berjalan di jalan-Nya..."
Kami pun tertawa bersama... dan menutup cerita...
Kembali berpikir tentang cinta, saya pun kembali jadi bertanya-tanya...
Obsesi kah yang membuat cinta masa lalu dari sahabat saya merasa nyaman dengan dengan wanita yang baru hadir itu?
Wanita yang memiliki "sebagian dari diri sahabat saya"...?
Mungkin banyak orang akan beranggapan demikian.
Namun saya menilai, sang pria hanya sudah menentukan karakter yang dia sukai, yang membuat dirinya merasa nyaman. Karakter tersebut dimiliki sahabat saya, dan kebetulan sebagian dimiliki oleh wanita yang baru itu...
Apa sih cinta sesungguhnya? Rasa sayang? Rasa peduli? Begitu banyak penafsiran cinta... dan saya pun sangat sulit mendefinisikan dengan kata-kata apa itu cinta.
Saya hanya tahu, cinta bisa menjadi pendorong yang sangat kuat bagi manusia, baik ke arah positif maupun negatif.
Dorongan cinta ke arah negatif karena dikendarai oleh setan akan menghasilkan dosa, seperti yang telah dilakukan Nabi Adam dan Siti Hawa.
Dorongan cinta ke arah positif akan menghasilkan kekuatan yang tidak terkira, seperti yang dilakukan oleh setiap calon ibu yang dengan cinta membawa putra putrinya lahir ke dunia...
Dorongan cinta ke arah positif akan membuat para ayah mencari nafkah yang halal bagi keluarganya, karena tidak rela jika daging anggota keluarganya yang tumbuh karena memakan uang haram kelak terbakar di neraka...
Cinta, sebuah kata yang paling sering digunakan setan untuk menggoda manusia :D
Karena atas nama cinta, terkadang manusia bersedia menghalalkan segala cara...
Namun saya percaya Allah menurunkan cinta kepada manusia pasti dengan hikmahnya : agar hidup menjadi lebih bermakna, sebagai ujian hidup, sebagai salah satu sarana mencapai surga.
Ibu saya kerap berkata mengingatkan saya. Mengingatkan putri bungsunya yang pemarah, tidak sabaran dan ahli dalam mengeluarkan kata-kata tajam (judes, demikian julukan dari Ibu saya hehehe), agar tidak sembarangan mengeluarkan kata-kata.
"Allah itu Maha Pemurah, Nen, kalau niat baik walaupun baru diucapkan di dalam hati sudah dicatat sebagai pahala. Namun segala sesuatu yang tidak baik selama masih di dalam hati dan belum berbuah ucapan atau tindakan yang tidak baik belum dicatat sebagai dosa."
Dan karena itu tak putus saya bersyukur kepada Allah, yang masih memberikan ruang di hati manusia untuk menimbang-nimbang segalanya tanpa dicampuri oleh orang lain. Hanya saja, manusia memang harus selalu waspada karena setan memang bercokol di dalam setiap hati manusia. Kata Ibu saya, setan itu ingin banyak yang menemani mereka kelak sehingga selalu menggoda manusia untuk merealisasikan ketidakbaikan di dalam hati menjadi tindakan agar berdosa :D
Kembali kepada sahabat saya, saya percaya, karena sahabat saya mencintai Allah dan Rasulullah, dia akan selalu waspada untuk tetap membungkus cintanya dengan jalinan silaturahmi yang diridhai Allah dan Rasulullah pula...
Karena saya tahu dia percaya, bahwa :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. (QS Al-Baqarah : 216).
Dan karena itulah dia tidak bersedia larut dalam cinta masa lalunya, karena sahabat saya pun mengerti bahwa baik ketika menjadi sahabat belum tentu baik saat menjadi pasangan hidup...
Karena hanya Allah yang mengetahui segalanya, dan Allah telah mengariskan jodoh baginya saat ini di dunia, suami yang Insya Allah juga menjadi pasangan baginya di akhirat kelak :)
Jakarta, 2 Desember 2010
Yeni Suryasusanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar