Kamis, 03 Februari 2011

Nilai Kehidupan Dari Sekedar Tontonan Hiburan

Selain membaca, ada hobby lain yang mungkin saya warisi dari papa saya : Menonton Film :)
Sama seperti membaca buku, saya kerap terkesima dengan nilai-nilai yang ternyata mampu menggugah saya dan membuat saya tersadar setiap kali saya menonton sebuah film.

Meskipun hampir semua film yg saya pilih untuk saya tonton ternyata memiliki nilai kehidupan yang bisa diambil manfaatnya, ada 2 film hiburan (ya, hanya film hiburan, bukan film serius bisa yang membuat saya tertidur saat menontonnya heheheh) yang saya anggap mengesankan dan dalam filosofinya : Kungfu Panda (Th. 2008, yang saya tonton bersama suami dan Ifan saat saya hamil 9 bulan menjelang kelahiran Fian) dan The Karate Kid (Th. 2010, yang saya tonton tadi malam juga bersama suami dan Ifan).

Berikut penggalan kutipan resensi film Kungfu Panda yang pernah dimuat di KapanLagi.com :

"Po (Jack Black) adalah seekor panda yang terobsesi menjadi pendekar kung fu pembela kebenaran seperti dalam kisah-kisah klasik Cina. Sayangnya, bekerja pada restoran mi di kota kecil tempat Po tinggal tidak banyak membantu obsesi Po ini.
Namun siapa sangka bahwa sejarah akan segera berubah. Master Oogway (Randall Duk Kim) memberi tahu Master Shifu (Dustin Hoffman) bahwa ia melihat pertanda bahwa seorang pendekar jahat bernama Tai Lung (Ian McShane) berhasil meloloskan diri dari penjara dan saatnya telah tiba untuk memenuhi ramalan kuno bahwa seorang Pendekar Naga akan datang untuk mengalahkan Tai Lung. Namun sampai saat itu belum ada seorang pun yang cocok dengan ramalan tersebut.
Akhirnya Master Oogway dan Master Shifu berencana untuk memilih calon Pendekar Naga ini dari warga sekitar tempat itu. Hari pemilihan pun ditentukan. Semua orang datang berbondong-bondong untuk menyaksikan pemilihan ini. Po yang sangat tergila-gila pada kung fu pun tak melewatkan kejadian besar ini.
Sesampainya di sana, Po terlambat dan tak diijinkan masuk. Dengan segala macam cara Po berusaha masuk untuk melihat kejadian penting ini. Dan tak disangka-sangka, ternyata Master Oogway memilih Po sebagai calon Pendekar Naga yang akan menyelamatkan negeri mereka dari kehancuran.
Master Shifu dan kelima muridnya, Tigress (Angelina Jolie), Crane (David Cross), Mantis (Seth Rogen), Viper (Lucy Liu) dan Monkey (Jackie Chan) menganggap bahwa Master Oogway telah salah pilih karena tak mungkin Po adalah Pendekar Naga yang ada dalam ramalan kuno itu. Po bahkan sama sekali tak bisa kung fu. Bagaimana mungkin ia mengalahkan Tai Lung. Namun Master Oogway bersikeras bahwa ia tak mungkin salah pilih."


Dari sebuah film kartun, ternyata saya banyak memetik nilai kehidupan yang berguna bagi saya yang berperan sebagai seorang pribadi, ibu dan guru bagi anak-anak saya.
  • Setiap Pribadi Itu Unik / Spesial
    Dari Master Oogway saya belajar pentingnya mengidentifikasi bakat, kekuatan dan kelemahan anak.
    Dari Master Shifu saya belajar fleksibel dalam menerapkan metode pengajaran alias tidak kaku menggunakan metode yang sama untuk semua anak saya, bahwa metode pengajaran harus disesuaikan dengan minat dan bakat anak.
    Setiap Anak adalah spesial. Yang penting adalah bagaimana kita bisa melihat bakat dan kekuatannya untuk kemudian menemukan metode pengajaran yang tepat untuknya.
    Hingga kini saya pun masih terus mencoba agar bisa menerapkan cara yang paling tepat dan efektif untuk mengajari Ifan dan Fian dalam segala hal :)
  • Pentingnya Sebuah Keyakinan
    Master Shifu sebelumnya sudah melabel Po dengan label "Ketidakmampuan". Pun jika bisa, tidak mungkin melatih dalam waktu demikian singkat.
    Ketika Master Oogway berhasil meyakinkan Master Shifu, ternyata hambatan itu pun sirna.
    Dari film ini saya belajar bahwa sebagai orang tua, hal yang paling harus saya hindari adalah memberi label bahwa anak saya tidak punya peluang untuk berubah. Saat mengalami kesulitan mengajar anak-anak saya pun pernah kehilangan percaya diri, bahwa saya masih mampu untuk membimbing mereka. Well, rasa putus asa inilah yang harus saya hindari :)
  • Kebanggaan Berlebihan Bisa Membutakan Mata
    Kebanggaan Master Shifu terhadap Tai Lung membutakan matanya bahwa ada sifat kurang baik dalam diri anak angkatnya.
    Saya belajar, bukan hanya tentang anak, tapi juga tentang diri sendiri, bahwa kesombongan biasanya akan membawa kepada kejatuhan. Saya belajar selalu memperbaiki diri, menyadari bahwa sebagai manusia saya memiliki banyak kekurangan. Hal itu membantu saya menghindari sifat berbangga diri yang berlebihan...

Berikut penggalan resensi film The Karate Kid yang pernah dimuat di KapanLagi.com :

"Dre Parker (Jaden Smith) tak pernah ingin meninggalkan teman-temannya namun karena ibunya harus pindah ke Beijing maka tak ada pilihan buat Dre selain pasrah. Sebagai pendatang baru jelas masalah yang dihadapi Dre tidaklah mudah. Selain harus beradaptasi dengan lingkungan baru Dre juga masih harus berhadapan dengan para berandal di kota yang baru ini.
Saat berusaha untuk beradaptasi, Dre sudah dihajar habis-habisan oleh para berandal sebaya Dre yang rata-rata punya kemampuan bela diri tinggi. Dre hampir putus asa dan ingin kembali ke Amerika namun itu semua berubah ketika Dre bertemu Han (Jackie Chan) yang berusaha mengubah cara pandang Dre.
Han meyakinkan Dre bahwa satu-satunya cara untuk menghindar dari teror ini bukanlah dengan cara melarikan diri tetapi dengan menghadapinya. Dengan bantuan Han, Dre mulai mempelajari ilmu bela diri untuk melindungi dirinya dari ancaman para berandal yang tak pernah membiarkan Dre hidup tenang."

Dari sebuah film hiburan keluarga, ternyata kembali saya banyak memetik nilai kehidupan yang berguna bagi saya yang berperan sebagai seorang pribadi, ibu dan guru bagi anak-anak saya.
  • Pengajaran Dimulai Dari Diri Sendiri
    Cheng menjadi jahat dan tak punya hati akibat didikan gurunya yang menanamkan prinsip : "No Fear, No Pain, No Mercy". Meskipun akhirnya, ternyata para murid perguruan merah lebih bermartabat daripada gurunya : menghormati kemenangan lawan.
    "There is no such thing as Bad Students, only Bad Teacher," ucapan Mr. Han terasa menggelitik :)
    Meskipun bukan satu-satunya penentu, karakter seorang guru ternyata sangat berperan dalam menentukan karakter murid-muridnya. Hal ini saya analogikan dengan pengajaran orang tua kepada anak. Ajarilah dengan contoh, mulailah dari diri sendiri :)
  • Gunakan Kekuatan Secara Bijaksana
    Film ini mengingatkan saya bahwa kekuatan - baik itu kekuatan fisik maupun kekuatan ilmu - ibarat sebuah pisau, dapat digunakan untuk kejahatan, juga untuk kebaikan. Kekuatan seharusnya bukan digunakan untuk mengintimidasi orang lain. Jika kita memiliki kekuatan, justru kita harus lebih berhati-hati dan bertanggungjawab dalam penggunaannya.
  • Belajar Melihat Bukan Hanya Yang Tersurat, Namun Juga Yang Tersirat
    Sesuatu yang kesannya biasa ternyata memiliki makna yang luar biasa. Dalam film ini, latihan sederhana lepas jaket, gantung jaket, jatuhkan jaket, pakai jaket, lepas jaket dan seterusnya yang diajarkan Mr. Han kepada Dre ternyata selain berhasil merubah kebiasaan menaruh jaket secara sembarangan di lantai menjadi secara otomatis menggantungnya di gantungan jaket, juga merupakan gerakan dasar bela diri.
    Saya jadi teringat bagaimana kebiasaan suami meminta meminta Ifan untuk menyampaikan sendiri pesanan makanan yang diinginkannya jika sedang di restoran ternyata berhasil membentuk Ifan menjadi anak yang berani bertanya dan aktif dalam tanya jawab di sekolahnya :D

    Saat Dre terkesima melihat seorang pendekar yang latihan di sudut bangunan yang berhadapan langsung dengan jurang dan meniru gerakan ular cobra. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya, ular cobra yang meniru gerakan si pendekar.
    Pun saat Mr. Han melatih Dre di atap flat, dengan alat bantu tiang jemuran, Dre dan Mr. Han berdiri dibatasi sprei dijemur. Lalu Dre harus menebak dari mana arah pukulan sarung tinju datang dan menangkisnya.
    Well, Mr. Han mengajari Dre untuk melihat yang tersirat :)
  • Menang atau Kalah Tidak Terlalu Penting, Yang Penting Berhasil Mengatasi Rasa Takut
    Saat Dre patah kakinya di akhir turnamen, dia ngotot untuk meneruskan pertandingan. Ternyata bukan demi kemenangan, namun untuk mengatasi rasa takut dalam dirinya.
    Ya, nilai sebuah perlombaan bukanlah dari menang atau kalahnya kita, namun dari keberanian kita untuk mengatasi rasa takut dan mencoba :)

Ternyata film Kungfu Panda dan The Karate Kid pun memiliki nilai yang sama :
  • Jangan Rendah Diri, Kejar Impian, Jangan Tinggi Hati
    Jangan pernah rendah diri meskipun yang kita hadapi memiliki kualifikasi yang luar biasa. Kalau tak bisa, belajar, bukan malah rendah diri. Berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah, gagal mencapai impian karena terhalang oleh pikiran negatif diri kita sendiri?
    Sebaliknya, seorang yang memiliki kemampuan jangan pernah menganggap remeh orang lain. Hidup ini membuktikan bahwa sering kali sang jumawa justru dikalahkan oleh orang yang sama sekali tidak diperhitungkannya.
  • Jangan Pernah Putus Asa
    Dari film Kungfu Panda, setelah dikhianati oleh Tai Lung, Master Shifu tidak pernah lagi menunjukkan kebanggaan dan kasih sayang pada murid-muridnya. Well, terkadang hidup memang penuh kepahitan, tapi jangan biarkan kepahitan tinggal dalam hati kita.
    Sisi terburuk dari kepahitan adalah kita tidak bisa merasakan kasih sayang dan tidak bisa berbagi kasih sayang.
    Dari film The Karate Kid, saya ambil dari kutipan dari Mr. Han, sederhana namun bermakna dalam : "Hidup bisa mengalahkan kita, tapi kita bisa memilih mau bangkit atau tidak."

Yah, saya berharap semoga semakin banyak film hiburan keluarga yang sarat makna diproduksi, sehingga bisa membantu kita menanamkan nilai-nilai positif pada anak-anak kita :D

Jakarta, 24 Juni 2010
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar