Selasa, 08 Februari 2011

Fian Potong Rambut : Sebuah Renungan Tentang Cara Mengajak Kepada Kebaikan

Mau pintar?? Ya belajar....

Pernah lihat iklan suplemen otak yang kalimatnya seperti tulisan diatas?
Rasa terima kasih jika mungkin saya ingin sampaikan kepada tim kreatif pembuat iklan tersebut karena telah mengilhami saya untuk satu penyelesaian problem di rumah heheheh...

Begini ceritanya...

"Fian, potong rambut yuk, udah panjang tuh rambutnya," ajak suami saya pada suatu hari.
"Tidak mau, ayah!" jawaban Fian jelas sekali :D

Fian sejak kecil memang tidak suka dipotong rambutnya. Beberapa kali potong rambut selalu diiringi dengan tangisan :(
Dalam rangka mencoba membujuk Fian, suami saya mengajak Fian saat suami dan Ifan akan potong rambut di barber shop langganan.
Fian ikut dengan suka cita. Tetapi saat diajak potong rambut, terjadilah dialog seperti diatas.

Hal ini terjadi berulang kali. Hingga terakhir Fian menolak tegas sekali :D
"Fian, potong rambut yuk, udah panjang tuh rambutnya," ajak suami saya.
"Tidak mau, ayah!" kata Fian.
"Ayo dong Fian, potong rambut, biar ganteng..." suami saya tetap berusaha :D
"Tidak mau, ayah!" ulang Fian dengan lebih tegas.
"Fian, kayak abang tuh potong rambut... keren kan?" keukeuh suami saya mencoba heheheh...
"Tidak mau, ayah! Cukup!!" tegas Fian sambil mengangkat jari telunjuk kanannya pada suami saya.
Jari telunjuk yang terangkat dan nada mengucapkan kata "Cukup" persis sama dengan cara saya jika sedang memarahi Fian :D
Demikian cerita pengasuh kepada saya ketika saya pulang dari kantor.

Saat Fian ikut mengantar saya ke kantor bersama suami pada suatu pagi, saya mencoba membuktikan kebenaran cerita pengasuhnya...
"Fian, rambutnya udah panjang nih... potong rambut mau?" tanya saya menjajaki.
"Tidak mau, Bunda," sahut Fian tegas sekali.
Oh... ternyata benar... heheheh...

Entah kenapa, tiba-tiba saya teringat iklan diatas. Dan secara spontan saya bertanya,
"Fian mau ganteng?"
"Mau, Bunda!" sahut Fian segera.
"Kalau mau ganteng, ya potong rambut... Mau?" tanya saya sambil lalu.
"Mau!! Yuk, potong rambut!" ajak Fian antusias hehehehe.....

Dan akhirnya Fian berhasil diajak potong rambut, hanya dengan permainan kata-kata...
"Fian potong rambut yuk biar ganteng" ditolaknya mentah-mentah, namun "Fian mau ganteng? Yuk potong rambut!" langsung diterima dengan antusias.


Lama setelah kejadian tersebut, saya sempat merenung.
Ternyata mungkin anak dan kita pada umumnya terkadang sudah lelah dengan perintah bahkan sekedar ajakan yang disampaikan secara langsung. Mungkin karena merasa di dikte, merasa tidak diberikan otoritas penuh atas tindakan kita.
Namun, jika kita diminta untuk memutuskan sendiri, mungkin kita akan melakukan hal tersebut dengan penuh kesadaran meskipun tidak diminta :)

Sama dengan sulitnya dengan mengajak orang untuk sebuah kebaikan.
"Ayo shalat, ayo zakat, ayo berbuat baik... biar masuk surga..." ternyata sulit untuk diterima oleh beberapa type orang.
Bahkan terkadang yang terjadi adalah kita yang mengajak akan diledek, "Baik pak ustadz, baik bu ustadzah..." bahkan dikomentari "sok suci" :)

Dari renungan keberhasilan mengajak Fian potong rambut membuat saya berpikir bahwa mungkin untuk beberapa type orang - bahkan mungkin juga saya pada suatu kondisi tertentu - sama seperti Fian, perlu ajakan secara tidak langsung.
Ajakan yang tidak membuat kita merasa di desak, di dikte dan di gurui karena terkadang sebenarnya kita sudah tahu manfaat ajakan tersebut.
Namun terkadang kita hanya perlu ajakan yang memberikan kita ruang untuk memutuskan dan memikirkan sendiri keinginan kita dan konsekuensinya...

Mau dicintai Allah, Rasulullah dan Insya Allah masuk surga? Yuk jalankan Perintah Allah dan Sunnah Rasulullah :)

Jakarta, 24 Januari 2011
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar