Waktu kecil dulu, saya cukup akrab dengan pepatah "Malu bertanya sesat di jalan" dan "Banyak bertanya malu di jalan" hehehehe :D
Kali ini cerita tentang bagaimana Ifan tidak pernah malu untuk bertanya :)
Sejak Ifan lancar berbicara, setiap kali kami makan di restoran, suami saya selalu meminta Ifan untuk menyampaikan sendiri pesanan makanan yang diinginkannya.
Tidak cukup hanya itu, setiap kali kami membutuhkan saos sambal, saos tomat atau apa pun, suami saya akan menyuruh Ifan yang menyampaikan kepada pramusaji.
Saya pun akhirnya mengikuti teladan suami saya. Jika Ifan ingin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, jika Ifan belum mengetahui letak toilet atau tempat mencuci tangan, maka saya akan menyuruh Ifan menanyakan sendiri kepada pramusaji. Terkadang kami meminta Ifan bertanya kepada satpam dimana letak toilet atau ATM jika berada di Mall :)
Hal ini berlangsung hingga kini.
Awalnya, setiap akan bertanya, Ifan akan bilang, "Gimana cara bilangnya, Bun?" dan saya akan memberikan contoh, "Ifan bilang : Tante, tempat cuci tangan ada dimana?" :D
Bagi beberapa orang tua, mungkin hal ini terasa agak merepotkan. Memang terasa akan lebih sederhana dan cepat jika kita menyampaikan sendiri pesanan seluruh keluarga sekaligus, atau meminta diambilkan saos dan lain2. Bahkan kita cukup mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dan memperhatikan arus pengunjung restoran untuk mengetahui dimana tempat cuci tangan berada, kemudian menunjukkannya kepada anak kita :)
Namun, yang bisa saya sampaikan adalah saat ini kami telah memetik hasil sedikit kerepotan saat kami mengajari Ifan untuk berani bicara dengan orang selain keluarga.
Pernah saat ada pertemuan dengan orang tua murid, saya terjalin percakapan dengan orang tua murid lain yang kebetulan teman sekelas Ifan. Beliau setelah mengetahui bahwa saya adalah Bunda dari Ifan, bertanya bagaimana cara mengajari Ifan sehingga tidak pemalu dan mau aktif di kelas.
Putri beliau selalu masuk ranking 5 besar di kelasnya. Tapi, sangat pemalu, tidak mau menjawab jika tidak ditanya secara khusus. Meskipun pintar, jika ada quiz maka anak tersebut termasuk anak yang kloter terakhir menjawab. Bukan karena tidak bisa, tapi karena tidak pernah ikut berebut menunjuk jari :)
Saat itu, saya agak bingung untuk menjawab pertanyaan Ibu tersebut. Meskipun menonjol di beberapa pelajaran seperti Bahasa Inggris dan Komputer, memang secara ranking Ifan selalu hanya rata-rata saja. Belum pernah masuk 9 besar di kelasnya :D
Tapi dari gurunya memang saya mendapat laporan bahwa Ifan aktif menyampaikan ide, aktif menjawab dan tidak segan bertanya.
Kemarin, setelah pengasuh Fian, Yanti, bercerita kepada saya mengenai kejadian minggu lalu, barulah saya menyadari apa yang membuat Ifan aktif di sekolah selama ini...
Setelah ujian kenaikan kelas selesai, Ifan pulang lebih cepat dari jadwal biasanya, sehingga saat adzan zuhur Ifan sudah berada di rumah.
Seperti biasa, jika berada di rumah, setiap terdengar adzan maka Ifan akan berlari ke mesjid untuk shalat. Setelah pulang dari mesjid maka Ifan akan buru-buru masuk ke rumah hingga lupa menutup pintu pagar, dan baru keluar lagi untuk menutup pagar jika diingatkan :)
Suatu siang, seperti biasa Ifan lupa lagi menutup pagar. Tak lama kemudian, turun hujan yang cukup deras. Saat Yanti mengintip dari jendela, ternyata beberapa orang laki-laki (beberapa ada yang berambut gondrong pula) sudah masuk ke carport yang beratap pergola.
Sebenarnya Yanti sudah mengetahui bahwa mereka hanya menumpang berteduh. Namun bermaksud hanya mengingatkan Ifan , Yanti berkata, "Abang, tuh kan lupa tutup pagar... ada orang masuk tuh... Gimana nih bang?"
Setelah ikut mengintip, tanpa Yanti duga, Ifan kemudian langsung membuka pintu rumah, dan langsung mendatangi orang-orang yang berdiri di carport rumah kami sambil bertanya, "Ada apa ya?"
Mereka menjawab, "Oh, nggak ada apa-apa dek, hanya numpang berteduh aja..."
"Oh, oke," kata Ifan sambil masuk kembali ke dalam rumah sambil berteriak, "Mbak Yantiiii.... nggak apa-apa kog mbak, mereka hanya berteduh ajaaaa..."
Heheheheeh.... Yanti langsung berlari ke ruang tengah, yang tidak terlihat oleh pandangan orang-orang yang berteduh tersebut.
"Beneran deh Bun, aku nggak nyangka Ifan berani nyamperin orang-orang itu..."
dan saya pun menjawab, "Yan, Ifan itu sejak kecil diajari Ayah untuk berani bertanya..." dan saya pun akhirnya teringat akan pertanyaan salah seorang orang tua teman sekelas Ifan dulu kepada saya, yang saat itu tidak saya jawab...
Ya, ternyata inilah hasil yang Ifan petik atas kerepotan kecil setiap kali kami makan di restoran sejak Ifan kecil hingga sekarang :)
Suami saya, yang saya ikuti teladannya, dengan cara yang sederhana, ternyata berhasil membentuk Ifan menjadi anak yang berani bertanya dan aktif dalam tanya jawab di sekolahnya :D
Jakarta, 14 Juni 2010
Yeni Suryasusanti
Kali ini cerita tentang bagaimana Ifan tidak pernah malu untuk bertanya :)
Sejak Ifan lancar berbicara, setiap kali kami makan di restoran, suami saya selalu meminta Ifan untuk menyampaikan sendiri pesanan makanan yang diinginkannya.
Tidak cukup hanya itu, setiap kali kami membutuhkan saos sambal, saos tomat atau apa pun, suami saya akan menyuruh Ifan yang menyampaikan kepada pramusaji.
Saya pun akhirnya mengikuti teladan suami saya. Jika Ifan ingin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, jika Ifan belum mengetahui letak toilet atau tempat mencuci tangan, maka saya akan menyuruh Ifan menanyakan sendiri kepada pramusaji. Terkadang kami meminta Ifan bertanya kepada satpam dimana letak toilet atau ATM jika berada di Mall :)
Hal ini berlangsung hingga kini.
Awalnya, setiap akan bertanya, Ifan akan bilang, "Gimana cara bilangnya, Bun?" dan saya akan memberikan contoh, "Ifan bilang : Tante, tempat cuci tangan ada dimana?" :D
Bagi beberapa orang tua, mungkin hal ini terasa agak merepotkan. Memang terasa akan lebih sederhana dan cepat jika kita menyampaikan sendiri pesanan seluruh keluarga sekaligus, atau meminta diambilkan saos dan lain2. Bahkan kita cukup mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dan memperhatikan arus pengunjung restoran untuk mengetahui dimana tempat cuci tangan berada, kemudian menunjukkannya kepada anak kita :)
Namun, yang bisa saya sampaikan adalah saat ini kami telah memetik hasil sedikit kerepotan saat kami mengajari Ifan untuk berani bicara dengan orang selain keluarga.
Pernah saat ada pertemuan dengan orang tua murid, saya terjalin percakapan dengan orang tua murid lain yang kebetulan teman sekelas Ifan. Beliau setelah mengetahui bahwa saya adalah Bunda dari Ifan, bertanya bagaimana cara mengajari Ifan sehingga tidak pemalu dan mau aktif di kelas.
Putri beliau selalu masuk ranking 5 besar di kelasnya. Tapi, sangat pemalu, tidak mau menjawab jika tidak ditanya secara khusus. Meskipun pintar, jika ada quiz maka anak tersebut termasuk anak yang kloter terakhir menjawab. Bukan karena tidak bisa, tapi karena tidak pernah ikut berebut menunjuk jari :)
Saat itu, saya agak bingung untuk menjawab pertanyaan Ibu tersebut. Meskipun menonjol di beberapa pelajaran seperti Bahasa Inggris dan Komputer, memang secara ranking Ifan selalu hanya rata-rata saja. Belum pernah masuk 9 besar di kelasnya :D
Tapi dari gurunya memang saya mendapat laporan bahwa Ifan aktif menyampaikan ide, aktif menjawab dan tidak segan bertanya.
Kemarin, setelah pengasuh Fian, Yanti, bercerita kepada saya mengenai kejadian minggu lalu, barulah saya menyadari apa yang membuat Ifan aktif di sekolah selama ini...
Setelah ujian kenaikan kelas selesai, Ifan pulang lebih cepat dari jadwal biasanya, sehingga saat adzan zuhur Ifan sudah berada di rumah.
Seperti biasa, jika berada di rumah, setiap terdengar adzan maka Ifan akan berlari ke mesjid untuk shalat. Setelah pulang dari mesjid maka Ifan akan buru-buru masuk ke rumah hingga lupa menutup pintu pagar, dan baru keluar lagi untuk menutup pagar jika diingatkan :)
Suatu siang, seperti biasa Ifan lupa lagi menutup pagar. Tak lama kemudian, turun hujan yang cukup deras. Saat Yanti mengintip dari jendela, ternyata beberapa orang laki-laki (beberapa ada yang berambut gondrong pula) sudah masuk ke carport yang beratap pergola.
Sebenarnya Yanti sudah mengetahui bahwa mereka hanya menumpang berteduh. Namun bermaksud hanya mengingatkan Ifan , Yanti berkata, "Abang, tuh kan lupa tutup pagar... ada orang masuk tuh... Gimana nih bang?"
Setelah ikut mengintip, tanpa Yanti duga, Ifan kemudian langsung membuka pintu rumah, dan langsung mendatangi orang-orang yang berdiri di carport rumah kami sambil bertanya, "Ada apa ya?"
Mereka menjawab, "Oh, nggak ada apa-apa dek, hanya numpang berteduh aja..."
"Oh, oke," kata Ifan sambil masuk kembali ke dalam rumah sambil berteriak, "Mbak Yantiiii.... nggak apa-apa kog mbak, mereka hanya berteduh ajaaaa..."
Heheheheeh.... Yanti langsung berlari ke ruang tengah, yang tidak terlihat oleh pandangan orang-orang yang berteduh tersebut.
"Beneran deh Bun, aku nggak nyangka Ifan berani nyamperin orang-orang itu..."
dan saya pun menjawab, "Yan, Ifan itu sejak kecil diajari Ayah untuk berani bertanya..." dan saya pun akhirnya teringat akan pertanyaan salah seorang orang tua teman sekelas Ifan dulu kepada saya, yang saat itu tidak saya jawab...
Ya, ternyata inilah hasil yang Ifan petik atas kerepotan kecil setiap kali kami makan di restoran sejak Ifan kecil hingga sekarang :)
Suami saya, yang saya ikuti teladannya, dengan cara yang sederhana, ternyata berhasil membentuk Ifan menjadi anak yang berani bertanya dan aktif dalam tanya jawab di sekolahnya :D
Jakarta, 14 Juni 2010
Yeni Suryasusanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar