Kamis, 03 Februari 2011

Ifan dan Pembuktian Teoritis

"Curiousity kills the cat" dan "Sepandai-pandainya tupai melompat sekali waktu pasti jatuh juga" mungkin adalah pepatah yang tepat pada hari Sabtu, 24 April 2010 untuk Ifan dan Saya.

Mungkin karena buku-buku yang saya belikan untuknya - terutama berbagai buku Ensiklopedia - Ifan tumbuh menjadi anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, disertai dengan kebutuhan akan pembuktian yang tinggi pula.
Ketika pertemuan Orang Tua Murid saat Ifan masih di TK Mutiara Indonesia, kami mendapat pesan dari Kak Seto Mulyadi bahwa para orang tua harus berhati-hati dengan reaksinya atas tindakan yang dilakukan oleh anak karena reaksi yang keliru bahkan negatif bisa mematikan kreatifitas anak.
Sejak saat itu, saya rasa bisa memberi nilai "7" untuk reaksi-reaksi saya atas berbagai kejadian seputar rasa ingin tahu, kebutuhan akan pembuktian dan kreatifitas Ifan - kecuali 2 hari yang lalu, nilai saya 5! Heheheh....

Jika saya ingat berbagai kejadian yang menandakan kebutuhan Ifan akan pembuktian diantaranya...

Sepulang kerja pernah saya menemukan ada tissu di lubang kloset dan korek api yang telah terbakar berserakan di atas kloset. Setelah bertanya kepada Ifan, ternyata dia mengadakan percobaan pengujian apakah benar jika kertas/tissue dibakar kemudian disiram air maka apinya akan mati... Saya berhasil tersenyum dan meminta Ifan membereskan sisa-sisa percobaannya sambil menasehati, lain kali kalau percobaan seperti ini di luar rumah, dekat keran air di garasi saja karena bisa menimbulkan bahaya kebakaran...

Saat makan malam saya pernah menemukan gagang tutup kecap putus tergunting. Setelah bertanya kepada Ifan, ternyata lagi-lagi dia mengadakan percobaan pengujian jenis benda apa saja yg bisa digunting. Kertas, kain, plastik terbukti bisa digunting, sedangkan batu, kayu dan loyang kue saya tidak bisa digunting. Kekesalan awal saya berhasil hilang, dan saya hanya minta Ifan menyambung gagang tutup kecap yang telah putus itu dengan isolasi :)

Ifan pernah bentol-bentol badannya karena digigit semut, karena membuat sarang semut dari tanah yang dicampurnya dengan gula, kemudian di masukkan ke dalam botol aqua dan kemudian berusaha mencari Ratu Semut untuk menjadi penghuninya. Saya berhasil tertawa dan membalurkan minyak kayu putih di sekujur tubuhnya :D

Kecuali 2 hari yang lalu, saya sama sekali tidak bisa mengendalikan reaksi saya...

Beberapa minggu yang lalu saya membeli sebuah buku yang berjudul "Buku Pengetahuan Paling Jorok Sedunia" dengan tag line "Semua yang jorok ada disini, dari kecoa sampai upil" terbitan Bhuana Ilmu Populer, dan ada tulisan peringatan "BO : Bimbingan Orang Tua".
Ifan dan saya antusias membaca buku itu, disana banyak terdapat penjelasan ilmiah dengan bahasa yang mudah dimengerti yang akan membuat anak mengerti larangan-larangan umum yang sering dikeluarkan orang tua berkaitan dengan kebersihan diri. Terus terang saya pun belajar banyak dari buku itu :D
Ifan meminta buku itu diletakkan di kamarnya, untuk dia baca-baca, dan saya pun mengizinkan.



Hari Sabtu yang lalu, sekitar jam 15.30 WIB, saya sedang berkonsentrasi penuh mengerjakan Laporan Keuangan NCC, Ifan keluar dari kamar dan duduk berlutut di samping saya, menempelkan kepalanya di lengan kanan saya yang sedang duduk di kursi komputer. Saya mencium puncak kepalanya sambil berkata, "sebentar ya, bunda bikin laporan keuangan NCC dulu," dan tanpa merasa curiga kembali ke fokus saya.
Telepon berdering, dari suami saya yang sedang di jalan menuju rumah. Sore itu kita memang mau ke RS. Harapan Kita untuk mengambil hasil pap smear saya, kemudian ke rumah seorang kerabat untuk berkumpul bersama.
Saat sedang berbicara di telepon itulah saya baru melihat rambut Ifan yang tergunting di depannya, acak-acakan, beberapa guntingan sampai terlihat kulit kepalanya yang putih !
Saya pun menjerit kaget setengah panik, "Masya Allah Ifan.... rambutnya diapain? Kenapa di gunting sendiri??"
Saya menyudahi telepon suami dengan cepat, dan bertanya dengan nada agak tinggi, "Ifan ngapain sihhh?"
Setengah panik, Ifan menjawab, "Biar nggak ada kutu, Bun..."
"Lho, kan bisa rajin keramas kalau mau nggak ada kutu, nggak perlu gunting rambut begini..." timpal saya menyesali melihat rambut yang bertebaran di kamar Ifan.
Terbayang waktu yang sudah mepet, reaksi keluarga saat kumpul nanti malam, penampilan Ifan dengan rambut acak-acakan dan ekspresi wajah Ifan yang mulai terlihat panik, saya tertawa terbahak-bahak hingga keluar air mata !
Sungguh reaksi yang sangat salah, karena Ifan malah akhirnya ikut setengah menangis, setengah menjerit, setengah tertawa. Implikasi tindakannya mulai terbayang, setelah ingat nanti malam dia akan kumpul bersama sepupu-sepupunya.
Saat itu saya menjadi bingung luar biasa, sungguh, saya hanya bisa memeluk Ifan sambil mencoba menahan tawa yang sudah terlanjur tersembur keluar.
Di tengah kebingungan saya itu, akhirnya saya hanya bisa berkata, "Kita telepon ayah ya, biar ayah yang selesaikan semuanya... bunda bingung..."

Saya pun kembali menelepon suami saya, dan dengan singkat menjelaskan kejadian yang menggemparkan itu.
Suami saya menenangkan saya dengan berkata, "Ayah udah sampai depan Slipi Jaya, paling 10 menit udah sampai rumah. Nanti ayah lihat dulu kondisinya, paling-paling harus dibotakin rambutnya. Nggak apa-apa."
Saya menjadi agak tenang, hanya agak khawatir dengan waktu yang mepet, karena saya harus sudah daftar dokter paling lambat jam 18.00 WIB.

Tiba di rumah, suami saya bertanya, "mana Ifan?" dan Ifan pun memunculkan kepala dari kamarnya. Suami saya hanya tersenyum, lalu masuk ke kamar Ifan dan menutup pintu. Terdengar samar-samar percakapan mereka, dan akhirnya suami saya keluar sambil tersenyum lebar.
Mengambil gunting, suami saya berkata, "Ifan, nih, gunting lagi rambutnya sampai puas sebelum kita pergi. Kalau Ifan udah puas kan nanti jadi nggak penasaran lagi. Setelah itu baru kita berangkat ke tukang cukur."
Sementara Ifan memuaskan diri dengan menggunting lagi rambutnya, suami saya memberi penjelasan kepada saya dengan suara pelan, "Bun, karena buku ini," kata suami menunjukkan "Buku Pengetahuan Paling Jorok Sedunia" di bagian "Rambut".
Ternyata, setelah membaca bahwa kutu dan ketombe ada di rambut dan kulit kepala yang kotor, Ifan menarik kesimpulan, berarti kalau tidak ada rambut, tentu tidak akan ada kutu dan ketombe hahahhaha....

Kemudian Ifan memakai topi dan pergi ke tukang cukur rambut hanya berdua ayahnya.
Ifan pulang, dengan rambut hanya 2 mm, dan seolah memahami bahwa abangnya perlu dukungan, Fian menyambut, "Wah, rambut abang keyeeeennnnn...." hehehheeheh
Saya mencium puncak kepala Ifan yang kini hampir plontos dan bertanya ingin tau, "Nanti kalau ditanya kenapa dibotakin, Ifan mau bilang apa?"
"Irit sampo bun," sahut Ifan enteng.
Alhamdulillah... sepertinya sepanjang perjalanan mereka suami telah mempersiapkan mental Ifan untuk menghadapi reaksi teman-teman dan saudara sepupunya :D

Saat acara keluarga, sepupu-sepupu Ifan mengerumuni dan mengelus kepala Ifan, ada yang sambil bercanda, "test, 1, 2, 3," hehehehhe, Alhamdulillah Ifan hanya tertawa sambil berkata, "memangnya kepala Ifan microfon?" :D

Malam itu, sebelum Ifan tidur, saya menasehati Ifan, meminta Ifan tidak langsung membuktikan sendiri setiap rasa penasarannya akan segala hal, melainkan meminta Ifan bertanya dulu kepada saya atau suami (boleh telepon saya jika saya sedang di kantor), baru kemudian jika memungkinkan kita akan bersama-sama membuktikannya. Ifan pun berjanji kelak akan bertanya dulu. Saya pun mencium puncak kepala Ifan dan memeluknya.
Yah, kita lihat saja nanti, karena sebagai orang tua memang ternyata harus siap mental mengalami berbagai krisis hehehehe....

4 Jempol saya (tangan dan kaki, jika boleh, saya ingin juga pinjam jempol teman-teman semua heheheh) teracung untuk suami saya, yang mengatasi kejadian krisis 2 hari yang lalu dengan gemilang :D
Thank you very much and I love you more, Ahmad Fahly Riza !

Jakarta, 26 April 2010
Yeni Suryasusanti

 
Ifan, 17 April 2010
Ifan, Before Haircut
Ifan, After Haircut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar