Kamis, 10 Maret 2016

HALAL IS MY LIFE : KETIKA ILMU MENGUBAH CARA PANDANG




Silaturrahim adalah pembuka pintu rizki, dan rizki bukan melulu soal materi…
Hal ini sudah saya yakini sejak lamaaaa sekali :)

Ketika mendapat tawaran untuk mengikuti Training of Trainer Kader Dakwah Halal LPPOM MUI dari R. Muhammad Suherman, Ketua Asosiasi Chef Halal Indonesia (ACHI), hanya dalam beberapa hari sebelum training dilangsungkan, jujur saja hal pertama yang terpikirkan oleh saya adalah : “Pantaskah saya?”

Selama ini saya seperti muslim pada umumnya, memastikan  makanan dan minuman yang saya konsumsi bukan merupakan makanan yang haram. Namun baru hanya sebatas itu. Saya belum terlalu menaruh perhatian atau terlalu berhati-hati tentang hal-hal yang syubhat.
Di satu sisi hal ini mungkin karena ilmu saya yang jauh dari mumpuni, di sisi lain mungkin karena saya terlalu percaya bahwa seorang muslim tidak akan menjual makanan dan minuman haram kepada muslim yang lain. Naif ya? :D

Saya mengenal Chef Herman di Komunitas My Halal Kitchen (MHK) dimana saya menjadi anggota pasif dan cenderung silent reader, hanya posting jika ada informasi yang saya pikir diperlukan oleh member MHK.
Chef Herman menawari saya mengikuti ToT mungkin karena kedudukan saya di komunitas Natural Cooking Club (www.NCC-Indonesia.com) sebagai pengurus inti. Saya menjabat sebagai Bendahara NCC sejak pertama kali berdiri.
Komunitas NCC adalah komunitas umum lintas agama yang beranggotakan lebih dari 80.000 member meski seluruh pengurus inti adalah muslim. Diskusi mengenai halal haram hanya diperkenankan sebatas kulitnya seperti apakah bahan ini sudah bersertifikat halal atau belum. Namun untuk pembahasan yang lebih dalam tentang penentuan halal dan haram yang terkadang berpotensi menjadi polemik, maka kami akan mengarahkan member yang ingin lebih paham tersebut untuk bergabung juga dengan komunitas lain yang lebih khusus, misalnya seperti MHK.
Saat menawari jatah ToT milik ACHI kepada saya, Chef Herman berkata, “NCC kan belum ada jalur ke LPPOM MUI. Semoga ToT ini bisa membuka jalan.”
Alhamdulillah, inilah rizki dari Allah untuk saya, untuk kami di NCC, jalan menuju halal bagi kami sebagai pribadi.

Mengikuti ToT selama 2 hari, sungguh mengubah cara pandang saya dalam melihat sebuah produk, terutama setelah mengikuti materi terkait Teknologi Pangan.
Saya terhenyak, jika tidak ingin dikatakan shock. Ternyata cara pandang saya yang naif dalam melihat kehalalan sebuah produk selama ini benar-benar berbahaya.
Standar saya dahulu : Yang penting tidak haram.

Saya dibenturkan dengan kenyataan bahwa karena ilmu yang rendah, saya mungkin mengambil banyak kesimpulan yang salah, karena bahan-bahan artificial dalam berbagai produk, apa yang saya anggap tidak mungkin haram ternyata bisa jadi haram.

Sungguh membuka mata saya penjelasan tentang bagaimana sekadar minuman rasa strawberry bisa menjadi haram karena ada kandungan khamr di dalam proses produksinya, bagaimana MSG pun bisa menjadi haram karena kandungan unsur yang berasal dari rambut manusia terdapat di dalamnya, bagaimana bahkan AIR bisa menjadi haram ketika proses permurnian airnya, alat dan kemasannya bersentuhan dengan yang haram. Belum lagi tentang ratusan bahkan mungkin ribuan produk yang mengandung turunan babi yang terdapat di dalam berbagai bahan tambahan. Ini belum menyinggung tentang kosmetik dan masih banyak lagi yang tidak secara langsung kita konsumsi.
ToT ini membuat saya menyadari betapa pentingnya Sertifikat Halal MUI bagi ketenangan hati pelanggan yang mengkonsumsi.

Sejak masih di tengah menjalani ToT, ilmu yang membuat saya terhenyak ini telah saya bagi dalam bentuk status Facebook, karena saya memiliki follower yang cukup banyak, ribuan bahkan puluhan ribu member NCC karena saya juga menautkan status tersebut dengan pengurus NCC lainnya.
Saya tidak menunggu training berakhir dulu, bahkan tidak pernah terpikir untuk menunggu hasil kelulusan diumumkan baru membagikan ilmu, walaupun kami hanya akan mendapatkan Sertifikat Trainer jika dinyatakan lulus, dan hanya akan mendapatkan Sertifikat Peserta jika dinyatakan tidak lulus ujian yang diadakan pada akhir ToT.

Mengapa saya memilih berbagi sebelum sertifikat Trainer Kader Dakwah Halal LPPOM MUI saya dapatkan?
Jujur saja, hal ini adalah karena saya menyadari bahwa ilmu dan kemampuan saya masih sangat jauh dari mumpuni untuk menjadi seorang Kader Dakwah Halal LPPOM MUI.
Namun, walaupun dengan sedikit ilmu yang saya miliki, bekal dari ToT dan Group Telegram Kader Dakwah Halal LPPOM MUI, saya memutuskan untuk berbagi karena saya memahami bahwa tugas saya sebagai umat hanyalah membagi ilmu yang bermanfaat, dan apa yang saya bagi tersebut mungkin bisa menyentuh hati dan menyebabkan seseorang memutuskan untuk berhijrah, karena pemberian hidayah itu murni hak Allah.

Setelah mengikuti ToT Kader Dakwah Halal LPPOM MUI, saya pun memiliki angan-angan dan mimpi.
Saya memimpikan tentang standar makanan, minuman dan semua hal yang bersentuhan dengan kita selama ini.
Saya memimpikan pada suatu hari nanti KEHALALAN SEBUAH PRODUK yang dijual bebas akan menjadi sebuah standar yang WAJIB dipenuhi baik di Indonesia bahkan di seluruh dunia, terlepas dari masalah hidayah Islam, namun karena memang dibuktikan secara ilmiah dan mendapatkan pengakuan mutlak dari semua orang apapun agamanya bahwa yang HALAL dan THAYYIB adalah memang yang terbaik bagi umat manusia.

Saya memahami dan sungguh menyadari bahwa untuk mewujudkan angan-angan dan mimpi ini diperlukan kerja keras dan perjuangan yang panjang, dan mungkin saja mimpi ini tidak menjadi kenyataan semasa saya hidup.
Namun dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, saya siap menjadi bagian dari perpanjangan tangan dan penyampai pesan untuk setiap ilmu yang bermanfaat bagi teman, kolega, sahabat dan kerabat yang ada disekeliling saya :)

Jakarta, 10 Maret 2016
Yeni Suryasusanti