Tulisan di antara rangkaian tulisan... Lagi-lagi tulisan Poppy Yuditya membuat saya merenung... dan merasa seperti berkaca... betapa saya pun tidak setiap saat mampu menerima masukan orang lain dengan sikap yang positif :D
Dengan izinnya, tulisan ini saya share... semoga bermanfaat bagi yang membaca...
Terima kasih adik paskibra tersayang atas tulisan2nya yang selalu membuat ilmu saya bertambah setelah membacanya... semoga saya diberikan kekuatan oleh Allah untuk melawan kesombongan dan keegoisan diri saya... semoga saya tetap selalu bisa menerima kritik dengan lapang dada... karena jujur, bagi saya pribadi, terkadang sungguh berat rasanya menahan diri untuk tidak membela diri saat orang mengkritik saya :)
Jakarta, 2 Desember 2009
Yeni Suryasusanti
==========================================================================
Episode: Belajar Menerima Masukan Orang lain .......[Berjilbab: It's not the End, It's the Beginning (XII)]
By : Poppy Yuditya
Dengan izinnya, tulisan ini saya share... semoga bermanfaat bagi yang membaca...
Terima kasih adik paskibra tersayang atas tulisan2nya yang selalu membuat ilmu saya bertambah setelah membacanya... semoga saya diberikan kekuatan oleh Allah untuk melawan kesombongan dan keegoisan diri saya... semoga saya tetap selalu bisa menerima kritik dengan lapang dada... karena jujur, bagi saya pribadi, terkadang sungguh berat rasanya menahan diri untuk tidak membela diri saat orang mengkritik saya :)
Jakarta, 2 Desember 2009
Yeni Suryasusanti
==========================================================================
Episode: Belajar Menerima Masukan Orang lain .......[Berjilbab: It's not the End, It's the Beginning (XII)]
By : Poppy Yuditya
"Telinga kita diciptakan Allah berjumlah dua, dengan satu mulut dengan maksud supaya kita lebih mudah mendengar dan sedikit bicara....."
Kata-kata di atas mungkin klise cenderung basi, tapi untuk saya tidak pernah demikian...
Kata-kata ini berguna untuk selalu mengingatkan saya mengurangi bicara dan lebih banyak mendengar karena ini memang merupakan salah satu kelemahan saya....
Episode ini dimulai dari cerita kanak-kanak saya, bagaimana saya tumbuh dan berkembang dengan kondisi lebih sering didengar daripada mendengar sehingga saya butuh untuk belajar mendengar dan menerima masukan orang lain....Dua hal yang mungkin untuk beberapa orang adalah suatu hal yang biasa, untuk saya merupakan jihad tersendiri....
***
Kata Mama, saya adalah anak mama yang paling cepat cerewet, saya mulai ngomong banyak sejak sebelum berumur satu tahun, walaupun gak ada yang ngerti saya ngomong apa...:). Pokoknya ngoceh teruuuus, dan pantang menyerah walaupun gak ada orang yang ngerti pun....
Selain rajin ngomong saya juga rajin ngajar, dulu (lagi-lagi menurut crita mama dan kakak saya, mbak Denny) saya sering ngumpulin boneka saya duduk rapi untuk mendengarkan saya mengajar...huahahaha...rada-rada kaya' orgil yah...:P.
Kelas satu SD saya sudah berhasil mengajarkan PRT saya, mbak Darmi, dari buta huruf sampai bisa berhasil membaca hanya dalam waktu satu bulan...:). Kata mbak Darmi, kalo lagi ngajar saya galak banget, benar-benar kaya' bu guru, serius dan marah kalo muridnya gak mau belajar...(widiih kaya' anak gede bgt yah!!!)..
Alhamdulillah, hal yang saya sangat syukuri adalah saya termasuk anak yang cukup pintar di masa SD. Tanpa pernah meluangkan waktu untuk belajar pun, saya hampir tidak pernah melepas ranking I dari daftar raport saya..Belum lagi saya termasuk anak yang cukup aktif, sehingga sering dipilih untuk kegiatan ini dan itu....Hal ini sedikit banyak membuat saya merasa lebih tahu tentang banyak hal daripada teman lain (sorry guys..:() sehingga tidak pernah sekalipun saya bertanya kepada teman-teman saya tentang pelajaran dan berimbas tidak bertanya pada hampir semua hal kepada teman-teman saya karena ketika itu saya merasa saya pasti lebih tahu...(hiks....).
Enam tahun saya tumbuh dan berkembang dalam kondisi seperti itu, sehingga sedikit banyak membuat saya jadi orang yang cenderung suka memberitahu daripada bertanya...suka mengajar dibanding diajar....suka bicara dibanding mendengar...
Masuk SMP sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda, sampai saya aktif dalam kegiatan PRAMUKA..Di situ saya punya keluarga baru saking seringnya kita latihan, persami, LT,jambore, dan masih banyak kegiatan lainnya..Di situlah awal persahabatan saya dengan seorang sahabat yang luar biasa, Sarwindah Pitantri (saya biasa memanggil dia: Indah)...the only person that bravely criticize me whenever she felt uncomfortable with what I do....Dimulai dengan,"Pop, elo tuh kalo diajak ngomong, dengerin dunk"..."Gue denger kok!!"..."Mana gue tahu elo dengerin kalo mata loe gak ke gue!!!".....WOW....kaget sekali saya dibuatnya.....saya jadi mengingat-ingat kembali, apa yang selama ini saya lakukan..ternyata benar, ketika orang bicara, saya jarang melihat ke mata orang yang bicara...biasanya saya mendengar sambil melihat ke tempat yang lain karena saya juga tidak mau kehilangan moment di tempat lain...(saya memang termasuk orang yang multitasking, saya biasa belajar/baca buku sambil nonton tivi dan saya bisa menangkap semua ceritanya secara bersamaan....). Saya tidak pernah sadar bahwa kebiasaan itu buruk sampai Indah menyadarkan saya. Mulai saat itu, saya belajar untuk memandang mata orang yang sedang bicara.....Tapi ternyata Indah belum puas juga, dia bilang "Pop, elo kalo dengerin orang jangan sambil mikir sendiri, fokus napa?" Ups, ternyata kalo kita ndengerin gak sepenuh hati (sambil mikir kemana-mana) orang tuh bisa ngerasain "ketidakhadiran" kita dalam pembicaraan....
Sejak saat itu, saya belajar untuk fokus pada apa yang ingin orang sharing kepada saya....Sehingga orang bisa nyaman bicara sama saya....Ini benar-benar butuh perjuangan dan pengorbanan, karena saya memang sangat terbiasa multitasking....
Kebiasaan SD saya yang lain terus terbawa sampai saya kuliah. Saya gak suka nanya, padahal kondisinya sudah jauh berbeda...Saya lebih suka belajar dari baca buku sendiri daripada belajar kelompok, saya lebih suka mengerti sendiri daripada mendengarkan penjelasan teman, atau asdos...hasilnya, saya gak lulus mata kuliah matematika B1....(Shock berat, karena matematika adalah pelajaran favorit saya, saya bahkan pernah dapat nilai 10 di raport utk mata pelajaran ini di kelas III SMP)....Yang paling "nyesek" adalah ketika saya sadar bahwa soal yang saya tidak bisa kerjakan ternyata sudah dibahas oleh teman-teman saya dalam belajar kelompok malam sebelumnya...hiks, coba bayangkan apa kerugian saya hanya karena saya tidak ingin bertanya dan menerima masukan dari orang lain....:(
Sifat yang sulit menerima masukan dari orang lain ini berlanjut juga ketika masa awal-awal berjilbab, saya belum sempat koleksi baju-baju khusus...jadilah saya memakai kaos panjang pas badan milik mama, jilbab mama plus celana jeans saya...Untung ajah kantor saya dulu santai, boleh pake jeans dan kaos ke kantor..:)...Sampai salah satu teman kantor saya nyindir sambil nyolek saya di depan teman-teman lain di depan lift,"Pop, pake jilbab bajunya seksi amat!!!"...Idiiih bete bgt dengernya.."sapa sih loe yang berhak untuk menilai baju gw????sahabat bukan, saudara bukan,urus ajah diri loe sendiri" kata saya dalam hati....Di kemudian hari saya baru sadar, kenapa saya harus marah,apa yang disampaikannya adalah sesuatu yang benar dan baik, dia mengingatkan saya untuk berpakaian muslimah yang baik. Bisa jadi teman saya itu mungkin gak ngeh kondisi saya ketika itu yang baru seminggu pake jilbab dan memutuskan untuk segera menutup aurat dengan barang yang ada, coba bayangkan kalo saya harus menunggu koleksi baju muslim saya lengkap dulu, kapan saya akan pake jilbab???? Dosa satu hari tanpa jilbab saja tak pernah saya bayangkan bisa sanggup saya jalankan balasannya...hiks. ..:(....Kembali ke kritikannya, seharusnya saya berterimakasih kepadanya karena diingatkan...Tapi kecenderungan kita memang tidak begitu bukan? Kita biasanya mau menerima masukan hanya dari sahabat dekat kita atau orang-orang yang kita anggap memang lebih pintar atau lebih punya posisi, lebih beken, dan lebih terpandang.....
Cerita mulai agak berbeda ketika saya mulai "haus" cinta Allah, saya merasakan perubahan besar dalam diri saya. Saya jadi suka bertanya...saya jadi suka diajar....saya jadi suka mendengarkan orang lain...Karena dalam hal ini saya memang nol padahal saya harus mengejar banyak ketinggalan saya...Untuk itu saya mau tidak mau, mudah tidak mudah harus bisa dan harus mau menerima masukan dari orang lain...Di sini saya disadarkan, bahwa ketika kita dalam posisi "underdog" atau tidak berilmu ternyata kita tidak punya banyak barrier untuk menerima masukan....
Tapi ini pun masih banyak tantangannya...Ketika ada satu masukan, saya biasanya mulai cari excuse-excuse sendiri yang membenarkan tindakan-tindakan yang saya lakukan...Sulit langsung menerima ajaran-ajaran Quran dan sunnah yang walalupun sudah jelas-jelas benar, tapi kita selalu punya excuse untuk tidak melakukannya....Kalau sudah begitu, saya cenderung cari hadits tandingan yang membuat tindakan saya benar....(Ini sangat berbahaya!!!!!)
Suatu hari ada tausyiah dari salah satu ustadzah yang dekat dengan saya, "Poppy, kalau mau menjadi orang yang kaya ilmu, satu hal yang harus diingat, cobalah belajar menerima masukan dan kritikan tanpa komentar sedikitpun untuk menimpali si pemberi masukan atau kritikan, walaupun mungkin kamu dalam posisi lebih tahu dan lebih benar. Bila setiap orang berhasil melakukan itu, maka Insya Allah kita semua akan menjadi manusia-manusia kaya ilmu "...Nah lho, gimana caranya tuh??? Saya ingin menjadi orang yang kaya ilmu, maka untuk itu saya harus belajar mendengar lebih banyak dan sedikit bicara....
Saya kemudian berlatih....saya coba duduk diantara sahabat-sahabat saya untuk melatih saya ikhlas menerima kritikan (lebih mudah belajar dengan mendapat kritikan dari sahabat sendiri bukan??). Mulailah satu-satu sahabat saya mengungkapkan apa-apa saja yang menurut mereka merupakan kekurangan saya...saya berusaha bertahan untuk tutup mulut ketika mereka mulai menggambarkan bagaimana orang memandang saya dan apa yang mereka tidak suka dari saya. Ketika mendengar paparan mereka, banyak sekali yang ingin saya jelaskan ke mereka, tentang alasan saya melakukan itu, saya mau teriak bahwa saya tidak seburuk itu, saya mau marah karena mereka seenaknya men-judge saya, mereka gak tau apa niatan saya, mereka gak tau apa yang ada dalam lubuk hati saya....saya mau menangis karena ternyata bahkan sahabat saya pun ternyata tidak melulu mendukung dan menerima tindak tanduk saya!!!
Satu, dua, tiga kalimat yang ingin saya teriakkan berhasil saya redam, saya diaaaaaaam saja...wajah saya mulai memerah...saya masih diam saja...walaupun dalam hati marah, kecewa, benci, sakit hati campur baur dalam hati saya...namun saya belajar untuk diam dan menerima apa yang sahabat-sahabat saya ungkapkan....Setelah 10 menit berlalu, keinginan marah, sedih, benci yang sebelumnya menguasai hati saya berganti dengan akal pikiran yang jernih....Allah memang Maha Pembolak balik Hati.....Saya mulai bermuhasabah, berpikir dan mencoba berkaca dengan sebenar-benar berkaca...Ternyata memang tidak melulu salah apa yang dikatakan sahabat-sahabat saya tercinta itu dan semua yang diungkapkan ternyata malah di kemudian hari membawa fungsi cermin bagi saya..Saya jadi ingat, kalo saya melakukan A, maka orang akan berpikir begini, kalo saya melakukan B, maka orang lain bisa jadi berpikir begitu....Semua menjadi sangat bermanfaat......Coba bayangkan kalo dalam 10 menit pertama saya sudah meledak atau menimpali semua komentar sahabat-sahabat saya, niscaya saya tidak akan mendapatkan masukan yang berarti, saya malah dapat musuh baru: sahabat-sahabat saya sendiri!!!!
Cerita pembelajaran saya untuk dapat menerima masukan orang lain tidak berhenti sampai di situ. Saya berlatih untuk tidak jadi orang yang merasa lebih tahu apabila ada teman yang memberi masukan tentang sesesuatu hal yang sebenarnya saya tahu atau punya ilmu tentang itu (susah bgt karena dasarnya emang sok tahu!! Hiks)... Rugi sekali...Orang jadi malas memberitahu kita ilmu yang akan memperkaya tabungan ilmu kita apabila kita sok tahu!!!! Padahal bisa jadi ilmu yang dia miliki belum kita miliki, hasilnya kita kehilangan ilmu yang sebenarnya bisa kita miliki dari dia....
Belajar tidak berkomentar atau mencari pembenaran atau excuse pun tidak kalah sulitnya bagi saya.Belajar untuk menerima orang lain yang memang bisa jadi lebih tahu dan lebih benar bukan hal mudah bagi saya...Apabila ada yang menasehati, saya cenderung bilang " yah saya sudah melakukan itu, tapi bla bla bla", "yah saya juga tahu, tapi bla bla bla", dan masih banyak 'tapi" "tapi" yang lain....Manusia pada dasarnya suka sekali berkompetisi dan bersaing termasuk bersaing dalam hal "banyak-banyakan ilmu"...Kalau memang membawa kepada kebaikan, why not? Bukankah sudah di encourage oleh Allah dalam banyak ayat-Nya FASTABIQUL KHAIRAT (Berlomba-lomba dalam kebaikan).....Tapi masalahnya gak gitu. Kadang kita menjawab hanya karena tidak mau dianggap tidak ngerti atau bodoh...Kita sering menjawab hanya karena gengsi karena merasa orang yang menasehati kita itu tidak lebih baik dari kita...Atau bahkan kita marah atau tidak terima masukan dari orang lain karena kita berpikir "siapa loe???? deket juga kagak!!! pinter juga kagak!!!! tau agama juga cuma dari buku!!! anak pesantren mana sih dia??? tobat juga baru!!! " dan masih banyak lagi barrier kita yang bersumber pada orang yang memberi masukan pada kita....
Namun pada akhirnya saya mulai menyadari bahwa "tapi" "tapi" ini sangat annoying bagi orang yang sudah bersusah payah mencoba membantu kita dengan permasalahan kita, sayangnya kita menanggapi masukan/ilmu yang dia berikan dengan kata "tapi" seakan-akan ilmu darinya tidak bermanfaat...Kenapa sih kita gak belajar untuk diam dan mengucapkan "Terimakasih" tanpa embel-embel lain atas waktu dan perhatiannya pada kita???
Ada beberapa pelajaran penting yang bisa saya simpulkan dari tulisan saya kali ini supaya kita bisa belajar untuk mendengar lebih banyak dan belajar menerima masukan orang lain dengan lebih ikhlas?
- Tempatkan diri kita pada posisi zero alias nol. Anggaplah kita memang tidak mengerti sama sekali apa yang disampaikan oleh teman, sahabat, saudara dan bahkan orang yang tidak kita kenal...Anggaplah bahwa orang yang bicara dengan kita itu lebih tahu dari kita...Percayalah dengan cara seperti ini, kita lebih mudah untuk menerima masukan orang. Bukankah lebih enak punya banyak ilmu sehingga kita bisa memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah???
- Mendengar sepenuh hati. Mendengar dan berada sepenuhnya dalam pembicaraan selain merupakan penghormatan kepada yang bicara juga akan sangat bermanfaat bagi kita untuk fully concentrated pada apa yang disampaikan...Salah satu caranya adalah menjaga kontak mata kita dengan orang yang sedang bicara dengan kita. Rasulullah adalah orang yang paling perhatian pada orang yang mengajaknya bicara. Bukan hanya kontak mata, kontak tubuh sepertil memeluk dan menepuk pun dilakukan Beliau untuk menunjukkan perhatiannya...
- Mendengar tanpa berkomentar "tapi". Karena komentar "tapi" ini merupakan cikal bakal penolakan hati dan akal kita pada kebenaran yang hakiki...Komentar "tapi" ini lebih banyak merupakan egoisme diri karena merasa lebih tahu dan lebih benar...Bersyukur dan berterimakasihlah atas masukan yang benar. Kalau belum mampu menjalankan, jangan pernah menolak isi Quran apalagi mencari excuse-excuse untuk tidak menjalankan atau menolaknya..Berdoa saja semoga Allah selalu memberi perlindungan dan Hidayah-Nya kepada kita...
- Jangan pilih-pilih dalam menerima masukan. Jangan cuma sahabat sendiri yang didengar, atau orang-orang yang kita yakin lebih berilmu dari kita karena itu hanyalah ukuran kita. Bisa jadi ukuran Allah berbeda...Orang yang kita kira lebih berilmu ternyata malah tidak seberapa ilmunya dibanding orang yang kita cuekkin. Cobalah belajar menerima masukan dari siapa saja: miskin-kaya, atasan-bawahan, berpendidikan-tidak berpendidikan, beken-tidak beken, selama dia menyampaikan kebenaran dan berpotensi membawa kita menuju surga maka dengarkanlah!!!!! Bukankah Rasulullah pernah ditegur Allah karena bermuka masam ketika seorang buta datang menghampiri Beliau ketika Beliau sedang berbicara dengan pembesar-pembesar Quraisy??? (Lengkapnya baca Quran Surat 80: Abasa).
- Tidak memotong pembicaraan dan tidak sok tahu (merasa lebih tahu) dalam upaya belajar mendengar dan menerima masukan...Itu rumus utama supaya kita pun nantinya akan didengar dan disayang orang lain...Upayakan menjadi orang yang menyenangkan dan lembut hati, karena itu pesan Allah dalam surat Ali Imran :159 ,"Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu”
- Berlatih untuk diam ketika orang sedang mengkritik kita. Tidak perlu membela diri. Walaupun tidak terima, coba untuk diam saja sekuat mungkin....(semoga kuat!!)...Bahkan kalo sanggup, ucapkan terimakasih....Kalaupun mau meluruskan sesuatu atau kritikannya benar-benar salah alamat, maka sampaikan setelah orang yang mengkritik kita benar-benar telah selesai mengungkapkan semua yang dirasakan. Karena setiap orang punya pandangan berbeda kepada kita. Kritikan ini sangat baik untuk kita bercermin, seperti apa diri kita ini di mata orang lain. Insya Allah akan membawa kita menjadi manusia yang lebih baik lagi....
Saya masih jauh dari berhasil...tapi saya akan terus berusaha....Saya tahu tidak mudah, tapi inilah JIHAD, melawan hawa nafsu berupa kesombongan dan keegoisan diri...Ada saat memberi dan ada saat menerima, semua harus dalam keadaan seimbang, atau nanti kita akan pincang dalam perjalanan kita mendekatkan diri kita kepada Allah....
Fastabiqul Khairat!!!!
Allahu'alam bish-shawab.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar