Banyak hal yang saya dan Ifan pelajari di Ramadhan tahun ini. Dari satu sama lain, dan dari sekolah Ifan, SD Bhakti.
Di awal bulan puasa, oleh gurunya Ifan dibagikan Tabel Ibadah untuk diisi selama bulan Ramadhan.
Pertama-tama, saya ingin membagi gambaran Tabel Ibadah Ifan, semoga bisa dibayangkan dan menjadi manfaat bagi teman-teman semua...
Pada Tabel Ibadah tersebut terdapat kolom "Nomor Kegiatan", "Jenis Kegiatan", 30 kolom berisi "Tanggal dan Hari-hari Ramadhan" dan kolom "Jumlah" untuk menjumlahkan pelaksanaan kegiatan selama 1 bulan.
"Jenis Kegiatan" berisi : Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, Isya, Puasa, Shalat Tarawih, Tadarus.
Di baris paling bawah dari "Jenis Kegiatan" ada kolom "Jumlah Kegiatan" untuk menjumlahkan pelaksanaan kegiatan per hari. Semua kegiatan diatas di nilai 1.
Ada pula 4 kolom "Ceramah Tarawih" yang mencakup tanggal tarawih, Judul, Kesimpulan Ceramah dan TTD Penceramah, ini nilai kegiatannya 5.
Pada Tabel Ibadah tersebut, orang tua diminta mengisi kegiatan yang dilaksanakan oleh putra/putrinya dengan tanda check. Ada dispensasi bagi yang sakit, dengan menuliskan "S" atau "P" bagi yang bepergian jauh.
Di lembar tersebut diinformasikan bahwa nilai akhir tabel ini akan dimasukkan dalam Aspek Penerapan Agama Islam di sekolah Ifan.
Saat itulah saya mulai mengawali pelajaran pribadi di Ramadhan 1430 H.
Pelajaran Pertama, Saya belajar untuk jujur mengisi Tabel Ibadah Ifan, tidak memanipulasi kegiatan demi mencapai nilai tertinggi, betapa pun besarnya keinginan tersebut.
Alhamdulillah karena Ifan sudah sejak kelas 1 SD berpuasa penuh, tidak ada hambatan bagi saya untuk mengisi kolom "Puasa" dengan tanda check. Namun, karena Ifan lupa menyampaikannya kepada saya, dan saya lalai tidak memeriksa tas sekolahnya karena Ifan libur awal ramadhan, saya baru mengetahui ada Tabel Ibadah tersebut pada puasa hari ketiga, sehingga saya harus merelakan kolom "Tadarus" di hari 1 dan 2 ramadhan dikosongkan (untuk menghindari godaan berbohong, saya langsung membuat tanda cross bagi jenis kegiatan yg tidak dilakukan Ifan setiap hari heheheh). Pada hari ke 3 dan 12, saya harus merelakan kolom "Zuhur" di cross, karena Ifan ketiduran sepulang sekolah dan baru bangun saat Ashar. Saya juga harus ikhlas membiarkan nilai tertinggi "Ceramah Tarawih" kosong karena Ifan tidak bersedia membawa tabel tersebut ke mesjid karena khawatir hilang katanya (atau malas? hihihihi) :D
Pelajaran Kedua, Saya membuktikan bahwa memang lebih mudah mengoreksi dan menilai orang lain daripada diri sendiri :D
Saat membaca tabel tersebut, saya langsung berpikir bahwa tabel ini bisa dimanfaatkan bukan hanya pada bulan ramadhan, melainkan juga bisa menjadi solusi bagi kontrol ibadah Ifan pada hari-hari setelah ramadhan, sepanjang tahun.
Saya bahkan mulai memikirkan pengembangan Tabel Ibadah tersebut, dimana akan saya tambahkan point shalat "di awal waktu" dan "di akhir waktu", bahkan saya sempat secara sambil lalu sebelum berangkat kerja membicarakan hal tersebut dengan Ifan, saat saya menggambarkan mungkin di setiap akhir bulan akan melakukan penilaian dan memberikan "reward" jika nilai Ifan pada Tabel Ibadah yang akan saya buat nanti melebihi target rata-rata. Reaksi Ifan pun sangat antusias.
Pada hari itu di mushalla kantor, setelah baru "sempat" melakukan shalat zuhur lewat sedikit dari jam 14.00 WIB, saat itulah saya tersentak, teringat tabel ibadah rancangan saya untuk Ifan walaupun masih berupa sketsa di kepala.
Bagaimana mungkin saya hendak memberikan penilaian mengenai waktu pelaksanaan shalat di awal atau di akhir untuk Ifan... sedangkan saya terkadang masih suka "menunda" shalat hanya karena merasa "tanggung" dengan pekerjaan kantor... Duh... alangkah malunya... jika saya menegur Ifan karena shalat di akhir waktu karena Ifan keasyikan nonton TV atau main komputer, sedangkan saya sendiri terkadang masih shalat di akhir waktu karena "keasyikan" bekerja...
Saat itu juga saya mengambil keputusan. Jika saya mau membuatkan Ifan Tabel Ibadah setelah Ramadhan nanti, maka saya juga harus membuatkan Tabel Ibadah untuk diri saya sendiri.
Tentunya Jenis Kegiatan Ibadah saya dan Ifan harus berbeda.
Saya membayangkan mungkin akan menambahkan Shalat Sunnah Rawatib, Shalat Dhuha, Shalat Tahajud dan Puasa Senin Kamis pada Jenis Kegiatan Tabel Ibadah saya.
Ifan tidak putus berpuasa dan tarawih di mesjid. Selama Ramadhan 1430 H, saya menolak acara buka puasa di luar rumah yang tidak mengadakan acara tarawih bersama demi menjaga semangat ibadah ramadhan Ifan. Saya tidak tega Ifan hanya berbuka puasa bersama pengasuhnya dirumah sedangkan saya di mall bersama teman-teman. Saat teman-teman saya mengusulkan mengajak Ifan juga, saya tetap menolak karena sayang memutuskan tarawih Ifan di mesjid yang belum putus hingga tanggal 14 September 2009.
Suatu subuh bahkan saya dikejutkan oleh Ifan yang berlari menemui saya saat mendengar adzan berkumandang, "Bunda, Ifan boleh shalat subuh di mesjid?"
Langsung suami dan saya menjawab, "Oh, boleh Fan, laki-laki memang lebih baik shalat di mesjid..."
Dan setelah itu Ifan beberapa kali shalat subuh di mesjid yang kebetulan lokasinya dekat sekali dengan rumah kami.
Namun, manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan. Meskipun Ifan berniat berpuasa penuh lagi tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya, Allah berkehendak lain.
Hari Sabtu, 12 September 2009 Ifan dan Fian secara bersamaan sakit flu dan radang tenggorokan. Meskipun begitu, Ifan tetap berkeras melaksanakan puasa. Tapi kemudian, pada saat hendak sahur di tanggal 15 September 2009 Ifan demam tinggi. Akhirnya saya melarang Ifan berpuasa hari itu. Siangnya Fian menyusul demam tinggi. Dari hasil test darah dan widal hari itu, Fian di diagnosa para typus, sedangkan Ifan juga tertular adiknya, meskipun lebih ringan.
Alhamdulillah, salah satu pengasuh memutuskan tidak pulang lebaran tahun ini, dan bersedia mengambil infal kerja untuk kami. Dengan adanya bantuan pengasuh, saya sangat terbantu dalam mengurus 2 anak yang sakit para typus yang demamnya naik turun sehingga harus disiapkan proris yang dimasukkan lewat anus jika perlu, harus sering di seka agar suhunya turun, yang harus dijaga agar tidak banyak turun dari tempat tidur... dan hanya bisa makan bubur... dan harus sering-sering diingatkan untuk minum...
Ya Allah... Alhamdulillah Engkau memberi suami, saya dan pengasuh anak-anak kekuatan dan kesehatan... sehingga bisa merawat Ifan dan Fian.
Meskipun tidak berpuasa, tidak tadarus - saya memberi tanda "S" pada Tabel Ibadah Ramadhan Ifan - Ifan belajar hal lain dari sakitnya di bulan Ramadhan 1430 H ini.
Ifan tetap melaksanakan shalat meskipun sakit. Saya meminta Ifan melakukan shalat meskipun saya menyadari bahwa Ifan belum akil balik sehingga belum wajib shalat. Hal ini saya minta semata-mata karena saya ingin menanamkan pada diri Ifan, bahwa Allah memberikan kemudahan bagi orang sakit... dan Ifan harus tetap menjalankan shalat hingga akhir hayatnya, hingga Ifan kelak di shalatkan.
Inilah yang Ifan pelajari dari sakitnya di bulan Ramadhan 1430 H :
Ifan tidak boleh turun dari tempat tidur, karenanya Ifan belajar tayamum, lengkap dengan niatnya.
Ifan belajar shalat dengan posisi tidur. Pada saat-saat tertentu, dimana Ifan merasa lebih baik, Ifan belajar shalat dengan posisi duduk.
Saat saya menulis notes ini, Alhamdulilah Ifan dan Fian sudah dalam proses pemulihan. Suhu badan mereka sudah stabil, dan mereka sudah kembali ceria. Hanya tinggal menghabiskan anti biotik dan menjaga mereka tetap istirahat agar pemulihannya berjalan maksimal. Meskipun Ifan sudah merasa lebih baik, karena masa inkubasi penyakitnya belum tuntas, saya belum mengizinkan Ifan berpuasa.
Merasa lebih sehat, Ifan sempat berkomentar, "Ini karena Ifan berdoa minta cepat sembuh sama Allah setiap habis shalat, Bun... Ifan juga doain Fian karena Fian belum bisa berdoa sendiri." Duh... saya jadi terharu... :D
Bukan hanya Ifan yang belajar dari sakitnya di bulan Ramadhan 1430 H ini. Saya pun belajar.
Saya harus membimbing ifan melafalkan niat tayamum, sedangkan karena saya belum menemukan kondisi harus tayamum sebelumnya sehingga saya tidak hafal niat tayamum dalam bahasa arab (hehehe....), terpaksa saya menuntun Ifan melafalkan niat tayamum sambil membaca buku petunjuk shalat anak milik Ifan.
Ya... kita selalu bisa belajar dari setiap orang dan dari setiap kejadian, setiap hari, sepanjang hidup kita.
Alhamdulillah, meskipun mungkin merupakan hal yang sepele bagi sebagian orang, bagi saya pribadi, meskipun sedikit, hal ini tetaplah merupakan sebuah kemajuan, bahwa saat ini saya dan Ifan telah hafal niat tayamum dalam bahasa arab :D
Jakarta, 19 September 2009
Yeni Suryasusanti
Di awal bulan puasa, oleh gurunya Ifan dibagikan Tabel Ibadah untuk diisi selama bulan Ramadhan.
Pertama-tama, saya ingin membagi gambaran Tabel Ibadah Ifan, semoga bisa dibayangkan dan menjadi manfaat bagi teman-teman semua...
Pada Tabel Ibadah tersebut terdapat kolom "Nomor Kegiatan", "Jenis Kegiatan", 30 kolom berisi "Tanggal dan Hari-hari Ramadhan" dan kolom "Jumlah" untuk menjumlahkan pelaksanaan kegiatan selama 1 bulan.
"Jenis Kegiatan" berisi : Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, Isya, Puasa, Shalat Tarawih, Tadarus.
Di baris paling bawah dari "Jenis Kegiatan" ada kolom "Jumlah Kegiatan" untuk menjumlahkan pelaksanaan kegiatan per hari. Semua kegiatan diatas di nilai 1.
Ada pula 4 kolom "Ceramah Tarawih" yang mencakup tanggal tarawih, Judul, Kesimpulan Ceramah dan TTD Penceramah, ini nilai kegiatannya 5.
Pada Tabel Ibadah tersebut, orang tua diminta mengisi kegiatan yang dilaksanakan oleh putra/putrinya dengan tanda check. Ada dispensasi bagi yang sakit, dengan menuliskan "S" atau "P" bagi yang bepergian jauh.
Di lembar tersebut diinformasikan bahwa nilai akhir tabel ini akan dimasukkan dalam Aspek Penerapan Agama Islam di sekolah Ifan.
Saat itulah saya mulai mengawali pelajaran pribadi di Ramadhan 1430 H.
Pelajaran Pertama, Saya belajar untuk jujur mengisi Tabel Ibadah Ifan, tidak memanipulasi kegiatan demi mencapai nilai tertinggi, betapa pun besarnya keinginan tersebut.
Alhamdulillah karena Ifan sudah sejak kelas 1 SD berpuasa penuh, tidak ada hambatan bagi saya untuk mengisi kolom "Puasa" dengan tanda check. Namun, karena Ifan lupa menyampaikannya kepada saya, dan saya lalai tidak memeriksa tas sekolahnya karena Ifan libur awal ramadhan, saya baru mengetahui ada Tabel Ibadah tersebut pada puasa hari ketiga, sehingga saya harus merelakan kolom "Tadarus" di hari 1 dan 2 ramadhan dikosongkan (untuk menghindari godaan berbohong, saya langsung membuat tanda cross bagi jenis kegiatan yg tidak dilakukan Ifan setiap hari heheheh). Pada hari ke 3 dan 12, saya harus merelakan kolom "Zuhur" di cross, karena Ifan ketiduran sepulang sekolah dan baru bangun saat Ashar. Saya juga harus ikhlas membiarkan nilai tertinggi "Ceramah Tarawih" kosong karena Ifan tidak bersedia membawa tabel tersebut ke mesjid karena khawatir hilang katanya (atau malas? hihihihi) :D
Pelajaran Kedua, Saya membuktikan bahwa memang lebih mudah mengoreksi dan menilai orang lain daripada diri sendiri :D
Saat membaca tabel tersebut, saya langsung berpikir bahwa tabel ini bisa dimanfaatkan bukan hanya pada bulan ramadhan, melainkan juga bisa menjadi solusi bagi kontrol ibadah Ifan pada hari-hari setelah ramadhan, sepanjang tahun.
Saya bahkan mulai memikirkan pengembangan Tabel Ibadah tersebut, dimana akan saya tambahkan point shalat "di awal waktu" dan "di akhir waktu", bahkan saya sempat secara sambil lalu sebelum berangkat kerja membicarakan hal tersebut dengan Ifan, saat saya menggambarkan mungkin di setiap akhir bulan akan melakukan penilaian dan memberikan "reward" jika nilai Ifan pada Tabel Ibadah yang akan saya buat nanti melebihi target rata-rata. Reaksi Ifan pun sangat antusias.
Pada hari itu di mushalla kantor, setelah baru "sempat" melakukan shalat zuhur lewat sedikit dari jam 14.00 WIB, saat itulah saya tersentak, teringat tabel ibadah rancangan saya untuk Ifan walaupun masih berupa sketsa di kepala.
Bagaimana mungkin saya hendak memberikan penilaian mengenai waktu pelaksanaan shalat di awal atau di akhir untuk Ifan... sedangkan saya terkadang masih suka "menunda" shalat hanya karena merasa "tanggung" dengan pekerjaan kantor... Duh... alangkah malunya... jika saya menegur Ifan karena shalat di akhir waktu karena Ifan keasyikan nonton TV atau main komputer, sedangkan saya sendiri terkadang masih shalat di akhir waktu karena "keasyikan" bekerja...
Saat itu juga saya mengambil keputusan. Jika saya mau membuatkan Ifan Tabel Ibadah setelah Ramadhan nanti, maka saya juga harus membuatkan Tabel Ibadah untuk diri saya sendiri.
Tentunya Jenis Kegiatan Ibadah saya dan Ifan harus berbeda.
Saya membayangkan mungkin akan menambahkan Shalat Sunnah Rawatib, Shalat Dhuha, Shalat Tahajud dan Puasa Senin Kamis pada Jenis Kegiatan Tabel Ibadah saya.
Ifan tidak putus berpuasa dan tarawih di mesjid. Selama Ramadhan 1430 H, saya menolak acara buka puasa di luar rumah yang tidak mengadakan acara tarawih bersama demi menjaga semangat ibadah ramadhan Ifan. Saya tidak tega Ifan hanya berbuka puasa bersama pengasuhnya dirumah sedangkan saya di mall bersama teman-teman. Saat teman-teman saya mengusulkan mengajak Ifan juga, saya tetap menolak karena sayang memutuskan tarawih Ifan di mesjid yang belum putus hingga tanggal 14 September 2009.
Suatu subuh bahkan saya dikejutkan oleh Ifan yang berlari menemui saya saat mendengar adzan berkumandang, "Bunda, Ifan boleh shalat subuh di mesjid?"
Langsung suami dan saya menjawab, "Oh, boleh Fan, laki-laki memang lebih baik shalat di mesjid..."
Dan setelah itu Ifan beberapa kali shalat subuh di mesjid yang kebetulan lokasinya dekat sekali dengan rumah kami.
Namun, manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan. Meskipun Ifan berniat berpuasa penuh lagi tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya, Allah berkehendak lain.
Hari Sabtu, 12 September 2009 Ifan dan Fian secara bersamaan sakit flu dan radang tenggorokan. Meskipun begitu, Ifan tetap berkeras melaksanakan puasa. Tapi kemudian, pada saat hendak sahur di tanggal 15 September 2009 Ifan demam tinggi. Akhirnya saya melarang Ifan berpuasa hari itu. Siangnya Fian menyusul demam tinggi. Dari hasil test darah dan widal hari itu, Fian di diagnosa para typus, sedangkan Ifan juga tertular adiknya, meskipun lebih ringan.
Alhamdulillah, salah satu pengasuh memutuskan tidak pulang lebaran tahun ini, dan bersedia mengambil infal kerja untuk kami. Dengan adanya bantuan pengasuh, saya sangat terbantu dalam mengurus 2 anak yang sakit para typus yang demamnya naik turun sehingga harus disiapkan proris yang dimasukkan lewat anus jika perlu, harus sering di seka agar suhunya turun, yang harus dijaga agar tidak banyak turun dari tempat tidur... dan hanya bisa makan bubur... dan harus sering-sering diingatkan untuk minum...
Ya Allah... Alhamdulillah Engkau memberi suami, saya dan pengasuh anak-anak kekuatan dan kesehatan... sehingga bisa merawat Ifan dan Fian.
Meskipun tidak berpuasa, tidak tadarus - saya memberi tanda "S" pada Tabel Ibadah Ramadhan Ifan - Ifan belajar hal lain dari sakitnya di bulan Ramadhan 1430 H ini.
Ifan tetap melaksanakan shalat meskipun sakit. Saya meminta Ifan melakukan shalat meskipun saya menyadari bahwa Ifan belum akil balik sehingga belum wajib shalat. Hal ini saya minta semata-mata karena saya ingin menanamkan pada diri Ifan, bahwa Allah memberikan kemudahan bagi orang sakit... dan Ifan harus tetap menjalankan shalat hingga akhir hayatnya, hingga Ifan kelak di shalatkan.
Inilah yang Ifan pelajari dari sakitnya di bulan Ramadhan 1430 H :
Ifan tidak boleh turun dari tempat tidur, karenanya Ifan belajar tayamum, lengkap dengan niatnya.
Ifan belajar shalat dengan posisi tidur. Pada saat-saat tertentu, dimana Ifan merasa lebih baik, Ifan belajar shalat dengan posisi duduk.
Saat saya menulis notes ini, Alhamdulilah Ifan dan Fian sudah dalam proses pemulihan. Suhu badan mereka sudah stabil, dan mereka sudah kembali ceria. Hanya tinggal menghabiskan anti biotik dan menjaga mereka tetap istirahat agar pemulihannya berjalan maksimal. Meskipun Ifan sudah merasa lebih baik, karena masa inkubasi penyakitnya belum tuntas, saya belum mengizinkan Ifan berpuasa.
Merasa lebih sehat, Ifan sempat berkomentar, "Ini karena Ifan berdoa minta cepat sembuh sama Allah setiap habis shalat, Bun... Ifan juga doain Fian karena Fian belum bisa berdoa sendiri." Duh... saya jadi terharu... :D
Bukan hanya Ifan yang belajar dari sakitnya di bulan Ramadhan 1430 H ini. Saya pun belajar.
Saya harus membimbing ifan melafalkan niat tayamum, sedangkan karena saya belum menemukan kondisi harus tayamum sebelumnya sehingga saya tidak hafal niat tayamum dalam bahasa arab (hehehe....), terpaksa saya menuntun Ifan melafalkan niat tayamum sambil membaca buku petunjuk shalat anak milik Ifan.
Ya... kita selalu bisa belajar dari setiap orang dan dari setiap kejadian, setiap hari, sepanjang hidup kita.
Alhamdulillah, meskipun mungkin merupakan hal yang sepele bagi sebagian orang, bagi saya pribadi, meskipun sedikit, hal ini tetaplah merupakan sebuah kemajuan, bahwa saat ini saya dan Ifan telah hafal niat tayamum dalam bahasa arab :D
Jakarta, 19 September 2009
Yeni Suryasusanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar