Kamis, 19 Januari 2012

Ketika Anak Harus Berpisah Kamar...

Kemarin saat update status soal tidur bersama anak-anak, seorang teman di NCC (www.NCC-Indonesia.com) berkomentar bahwa putranya yang berusia hampir 5th belum mau dipisahkan tidurnya.
Kekhawatiran jika menggunakan metode "pemaksaan" akan kurang baik, dia menanyakan bagaimana cara yang baik dilakukan untuk memisahkan kamar anak.
Pertanyaan ini mengingatkan saya akan pertanyaan serupa yang pernah ditanyakan oleh banyak sahabat saya yang lain ketika mengetahui bahwa saya berhasil memisahkan Ifan dari kamar saya dan suami ketika Ifan berusia 4th, sedangkan ada yang diantara mereka bahwa masih gagal memisahkan tidur putranya yang sudah berusia 10th :)

Dan baru terpikirkan untuk menuliskannya, semoga bisa bermanfaat lebih luas bagi teman-teman yang membaca...

Saat Ifan berusia 3 th, suami dan saya mempunyai keinginan untuk memberi Ifan seorang adik. Sebelum terjadi kehamilan, kami berkonsultasi dengan psikiater anak di RSAB Harapan Kita Jakarta tentang penanganan sang kakak agar tidak terjadi kecemburuan yang berlebihan yang terkadang bisa mengakibatkan bencana.

Dari konsultasi dengan Dr. Gita kami mendapatkan beberapa saran yang baik, diantaranya adalah jangan memisahkan kamar anak setelah terjadi kelahiran adik. Jika ingin si kakak tidur sendiri, lakukan "proses"nya sebelum kelahiran agar si kakak tidak merasa "terusir".

Kata "Proses" saya beri tanda kutip dan garis bawah disini karena memang saya terbiasa melakukan suatu perubahan tidak secara drastis, melainkan dengan proses hampir dalam segala hal, terutama yang berkaitan dengan anak-anak saya.
Menyapih ASI dengan proses (mengurangi pemberian ASI siang hari, menggantinya dengan makanan dan minuman, baru kemudian menyapih total), demikian pula dengan mengajarkan anak untuk lepas dari tidur bersama saya.

Cukup lama saya merencanakan proses perpisahan kamar ini, baik cara maupun waktu yang tepat untuk memulainya :D
Setelah mendapatkan ide, dan membicarakannya dengan suami saya, kami sepakat untuk mencoba memulai prosesnya pada moment yang paling tepat : menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kenapa? Karena kebetulan tahun itu kami mengecat ulang seluruh rumah :D

Saya melibatkan Ifan dalam rencana dekorasi kamarnya. Memilih warna cat (biru muda, warna kesukaan Ifan), memilih list dinding (warna biru tua, tema Winnie the Pooh & Friends yg sedang berjalan-jalan di malam hari untuk melihat bintang dengan berbekal teropong), memilih lemari baju (warna biru muda, tema Winnie the Pooh & Friends sedang berlayar dengan menggunakan payung sebagai perahunya) dan membeli tempat tidur sorong bersusun ukuran 120 x 200 cm.

Kamar Ifan di cat paling dulu. Setelah itu seluruh bagian rumah lain dan terakhir adalah kamar saya dan suami. Hal ini kami atur agar bau cat sudah menghilang ketika kami "pindah" ke kamar Ifan karena kamar kami sedang di cat :)

Hampir selama 1 bulan, saya, suami dan Ifan tidur bersama di kamar Ifan. Tentu saja, ini dimaksudkan agar Ifan terbiasa dengan suasananya, dan merasa kami lah yang "menumpang" di kamarnya, bukan Ifan yang "terusir" dari kamar kami.
Karena pemilihan tempat tidur single yang cukup besar, kami bisa cukup nyaman dengan pengaturan tidurnya : saya dan Ifan di tempat tidur atas, suami saya di tempat tidur bawah.

Setelah saya melihat Ifan terbiasa dengan kamar barunya, saya meminta suami saya kembali ke kamar kami terlebih dahulu, sementara saya tetap tinggal di kamar Ifan.
Selama 1 minggu, saya tetap menggunakan tempat tidur atas bersama Ifan, dan membiarkan tempat tidur bawah kosong.
Minggu berikutnya, saya menemani Ifan sampai dia tertidur di tempat tidur atas, kemudian pindah ke tempat tidur bawah.
Malam itu, di tengah malam Ifan terbangun. Mendapati saya tidak ada di sebelahnya, Ifan dengan panik membuka pintu kamar dan lari keluar menuju pintu kamar saya dan suami yang letaknya berseberangan dengan pintu kamar Ifan.
Sebelum dia mencapai pintu, saya terbangun dan memanggilnya, "Ifan, bunda di sini... di tempat tidur bawah..."
Ifan pun kembali masuk ke kamar, dan merebahkan diri di samping saya di tempat tidur bawah.
Keesokan malamnya saya kembali melakukan hal serupa : saya menemani Ifan sampai dia tertidur di tempat tidur atas, kemudian pindah ke tempat tidur bawah.
Kembali Ifan terbangun, namun kali ini dia tidak langsung berlari keluar ketika mendapati saya tidak ada di sebelahnya, melainkan langsung melongokkan kepala ke tempat tidur bawah. Saya yang terbiasa terjaga jika mendengar gerakan anak-anak saya, langsung tersenyum, dan tetap berbaring di tempat tidur bawah namun sambil mengulurkan tangan saya untuk Ifan genggam. Ifan pun kembali tidur sambil tetap menggenggam tangan saya.
Selama sekitar seminggu hal itu berlangsung :)

Seminggu berikutnya lagi, saya masih menemani Ifan, namun kali ini dengan pengaturan tidur sejak awal : Ifan di tempat tidur atas, saya di tempat tidur bawah. Jadi saya tidak lagi menggunakan satu tempat tidur bersama Ifan sejak kami masih terjaga, hanya masih menemani Ifan di kamarnya saja.

Setelah Ifan terbiasa "tidur sendiri", barulah saya kembali ke kamar saya dan suami dengan berpesan : "Ifan, kalau nanti terbangun dan ingin ditemani Bunda, cari saja di kamar Bunda ya..."
Beberapa malam Ifan terbangun menjelang dini hari, tanpa menangis langsung masuk pintu kamar saya dan berdiri di ujung tempat tidur saya. Saya pun pindah ke kamarnya untuk menemani, tetap dengan pengaturan Ifan di tempat tidur atas, saya di tempat tidur bawah.
Dan berhasil lah proses pemisahan tidur Ifan dengan kami dalam waktu sekitar 2 bulan :)
Sejak saat itu, Ifan tidur sendiri di kamarnya. Hanya 1 kali dalam seminggu yaitu pada malam minggu Ifan memiliki "jatah tidur" bersama kami di kamar saya dan suami, lebih untuk memuaskan rasa kangen saya sebenarnya hehehe...

Ketika Ifan berusia 11th dan Fian berusia 3th, kami juga sempat berpikir untuk memulai memisahkan tidur Fian dari kamar kami. Dalam bayangan saya, tentunya hal ini tidak akan terlalu sulit karena Fian akan pindah tidur menjadi bersama Ifan. Jadi dia tidak akan mengalami ketakutan sendiri.
Sempat menjalani prosesnya selama 1 minggu dengan pengaturan tidur : saya dan Fian di tempat tidur atas, Ifan di tempat tidur bawah, namun Ifan tiba-tiba terserang flu. Jadi untuk menghindari penularan, terpaksa Fian kembali ke kamar saya dan suami, dan belum mulai dipisahkan lagi hingga saat ini.
Rencana saya, tepat usia Fian 4th nanti, ketika Fian akan masuk TK, kami akan kembali menjalankan proses pemisahan tidur ini. Moment yang tepat menurut saya : "Fian masuk sekolah = Fian sudah besar = Fian sudah bisa pisah tidur dengan Bunda dan tidur bersama Abang Ifan".
Doakan semoga prosesnya berjalan mulus ya :D

Akhirnya, sharing ini saya tutup dengan kunci sukses memisahkan tidur anak dengan orang tua menurut saya :
  1. Selama proses pemisahan, jangan bosan dan lelah bolak balik kamar :)
  2. Be consistent. Hingga muncul rasa memiliki pada kamarnya, jangan karena kita malas pindah di tengah malam pada saat anak terbangun, kita lalu mengizinkan dia tidur di kamar kita. Hal itu bisa membuat prosesnya terpaksa mengulang lagi dari awal. Namun, jika anak sudah menyadari bahwa itu kamarnya, dan dia hanya boleh sesekali tidur di kamar orang tuanya, boleh lah hal itu dilakukan :)
  3. Untuk kasus ini : Belajar TEGA pada anak dan diri sendiri. Yakini hati bahwa ini untuk kebaikannya. Terkadang kitanya lho yang merasa takut kehilangan kebersamaan dengan anak hehehe...

Semoga bermanfaat :)

Jakarta, 19 Januari 2012
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar