Sabtu, 25 Mei 2013

Antara Saya, Hujan, Shower, Doa dan Airmata


Sejak kecil hingga saya dewasa
hujan selalu memukau bagi saya
sehingga setiap kali ketika hujan tiba
bukannya berhenti sejenak dan berlindung darinya
saya justru menyongsongnya dengan gembira
bahkan dengan tangan terbuka

Di masa kecil saya...
meski air hujan membuat basah kuyup rambut, baju dan sepatu saya
saya sungguh menikmati kesejukan rasanya
ataupun jika ibu berhasil mengurung saya di ruang keluarga
saya menikmati tetesan air hujan yang mengalir di kaca jendela
sambil mencium bau tanah basah yang meruap ke udara

Di masa remaja...
hujan datang tepat pada waktunya seperti dalam film India
mungkin karena mengetahui betapa gengsinya saya mengeluarkan airmata
ketika hati saya begitu sedih dan terluka
maka Allah selalu menurunkan hujan sebagai jalan keluarnya
karena hujan akan menyamarkan airmata yang mengalir di pipi saya

Di masa dewasa...
hujan deras membuat saya tidak bisa pergi kemana-mana
membuat saya saya memiliki waktu untuk menikmati kesendirian saya
entah dengan menikmati menonton dvd di ruang keluarga
atau dengan membaca buku favorit saya untuk kesekian kalinya
atau sekedar bergelung di dalam selimut sambil mendengarkan musik kesukaan saya

Ketika sudah berkeluarga...
hujan mulai berubah fungsinya menjadi perekat rumah tangga
ketika hujan tiba, ia mendekatkan Ifan dan Fian kepada saya
karena mereka mencari kehangatan dan keamanan dengan segera
meminta saya memeluk mereka dengan eratnya
ketika hujan hadir dengan petir menyertainya

Hujan terkadang membuat saya, Ifan, Fian bahkan sang belahan jiwa
berkutat di dapur dengan seru dan penuh rasa bahagia
karena ingin membuat cemilan untuk dinikmati bersama
atau,
ketika Ifan dan Fian terlelap dalam tidurnya
hujan menjadi iringan musik bagi saya dan belahan jiwa

Lalu bagaimana dengan fungsi hujan sejak saya remaja
sebagai kamuflase bagi airmata saya
yang lebih sering saya sembunyikan keberadaannya?
sejujurnya,
kini saya telah menemukan penggantinya
dan dia bisa datang setiap saat di segala cuaca

Ketika saya begitu sedih dan terluka
maka kini air dari shower lah sebagai kamuflase bagi airmata
dan setelah mengalirkan air di wajah dan sekujur tubuh saya
saya kemudian berwudhu dan menghadap kepada Sang Pencipta
ketika itu dengan leluasa saya bisa mengalirkan airmata
dan di dalam doa kini saya menemukan ketenangan hati saya...

Jakarta, 22 Mei 2013
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar