Pada tahun 2010 ketika penggunaan ponsel pintar sedang booming, saya pernah menulis tentang Blackberry.
Saat itu kerabat saya menegur karena menganggap saya tidak bersedia mengikuti kemajuan teknologi yang bertujuan mempermudah hidup umat manusia :)
Namun ketika itu saya memiliki alasan yang kuat.
Bekerja di sebuah perusahan Internet Service Provider sebagai finance yang selalu berada di belakang meja membuat saya tidak merasa membutuhkan ponsel pintar sebagai alat komunikasi. Email, chatting bahkan facebook-an bisa saya lakukan selama saya berada di kantor, tentunya dengan bijaksana dan tidak mengabaikan tanggung jawab pekerjaan saya.
Disamping itu, kekhawatiran saya akan terjadi ketergantungan dengan Blackberry sehingga akhirnya mengganggu keseimbangan hidup saya baik di kantor apalagi di rumah, dimana pekerjaan dan terutama anak-anak yang membutuhkan perhatian penuh dari saya tanpa terbagi dengan godaan aktivitas sosial yang bisa dimunculkan akibat pemakaian ponsel pintar tersebut membuat saya menunda pemakaiannya, selama hal tersebut belum saya butuhkan.
Pemakaian Blackberry sebelum waktunya juga hanya akan menambah pos pengeluaran pribadi yang sebenarnya belum perlu saya anggarkan.
Ya, kuncinya adalah bagaimana selama ini saya selalu berusaha memilah antara keinginan dan kebutuhan :)
Namun, seperti juga jam yang selalu bergeser, demikian juga keinginan dan kebutuhan.
Sejalan dengan pergeseran keinginan dan kebutuhan orang-orang di sekeliling saya, saya pun menyadari akan tiba saatnya sesuatu yang tadinya hanya sekedar keinginan juga akan menjadi kebutuhan bagi saya.
Menyikapi pergeseran ini tidaklah mudah. Perlu kebijaksanaan dan kontrol diri yang sangat kuat.
Di awal tahun 2012, masih dalam rangka memilah antara keinginan dan kebutuhan, saya lebih memilih mendahulukan pembelian notebook sebagai kebutuhan dibanding membeli ponsel pintar yang bagi saya saat itu belum bisa saya manfaatkan secara maksimal :)
Tugas seminar yang harus saya ikuti selama 7 hari kerja membuat saya harus memiliki notebook agar bisa tetap bekerja mengotorisasi pengeluaran perusahaan. Meskipun sebenarnya saya bisa menggunakan notebook milik perusahaan untuk keperluan tersebut, namun ketika itu saya memilih melakukan pembelian pribadi, karena menyadari bahwa notebook tersebut bisa dimanfaatkan oleh anggota keluarga lain sewaktu-waktu : oleh Ifan dan suami saya misalnya.
Ketika keinginan bergeser menjadi sebuah kebutuhan, karena referensi beberapa orang teman, saya pun akhirnya jatuh cinta pada pandangan pertama dan memutuskan membeli Lenovo Thinkpad E125 11,6" berwarna hitam. Dan saya tidak menyesali pilihan saya :D
Sementara itu, saya masih berhasil menghindari menempatkan Blackberry menjadi sebuah kebutuhan :D
Sindiran dari boss tertinggi di perusahaan yang mengeluhkan kepada GM HRD, "Susah nih si Yeni nggak pakai BB" saya abaikan dengan berkata ringan sambil tertawa, "Sorry, gue baru beli notebook, belum ada dana untuk beli BB. Kalo boss bilang perlu, beliin aja."
Saya tahu persis hal itu tidak mungkin dilakukan. Karena hanya para sekretaris direksi yang diberikan fasilitas Blackberry lengkap dengan pulsanya setiap bulan untuk kemudahan berkomunikasi dengan para boss :D
Boss membuat group BBM yang terdiri dari para sekretaris, para staff GA, GM HRD, dan Manager Accounting. Saya sendiri sebagai finance masih berhasil menghindar.
"Toh saya masih bisa menerima instruksi melalui email dan sms," demikian kilah saya :p
"Toh saya masih bisa menerima instruksi melalui email dan sms," demikian kilah saya :p
Setiap tugas yang diinstruksikan boss melalui group BBM terkait hal finance akan disampaikan kepada saya oleh GM HRD atau Manager Accounting :D
Kemudian, secara perlahan tapi pasti, hampir seluruh keluarga besar saya dan suami memutuskan menggunakan Blackberry untuk berkomunikasi. Saya pun mulai tertinggal dari gossip-gossip keluarga, bahkan terkadang ada acara yang berlangsung tanpa saya ketahui karena suami yang sejak awal menggunakan Blackberry untuk mendukung pekerjaannya tidak selalu memantau komunikasi di group BBM keluarga :D
Papa, Ibu, kedua kakak saya, kakak ipar, dan kedua adik ipar, para sepupu bahkan para keponakan menggunakan Blackberry.
Dan akhirnya ketika terjadi miss-information akibat ada informasi yang disampaikan melalui group BBM boss yang terlewat disampaikan kepada saya membuat GM HRD mengeluh juga, "Mbak... loe pake BB dong... Gue pusing nih...", ketika itulah saya berpikir bahwa akhirnya saya harus menyerah dan membeli Blackberry karena tampaknya benda ini telah menjadi hal yang krusial untuk berkomunikasi bagi orang-orang di sekeliling saya.
Sebelum melakukan pembelian, saya meneguhkan hati. Berjanji pada diri sendiri bahwa pembelian ini tidak akan mengubah komitmen saya terhadap anak-anak dan pekerjaan saya. Saya harus bisa bijaksana dengan penggunaannya.
Pilihan saya jatuh pada Blackberry Curve 9320 3G berwarna hitam, seperti warna mayoritas barang-barang pilihan saya :D
Saya berhasil memaksimalkan penggunaan Blackberry untuk mengetahui tugas-tugas dari boss, mengetahui perkembangan keluarga dari perbincangan di group BBM keluarga, mengetahui keadaan setiap anggota keluarga dari pergantian status BB mereka dari waktu ke waktu, berkomunikasi tanpa biaya sms dengan BBM dan menginstall aplikasi Whatsapp untuk berkomunikasi dengan teman-teman pengguna ponsel pintar selain Blackberry, dan terutama bisa mengecek email di waktu luang saya tanpa perlu duduk di depan komputer di rumah.
Namun demikian, saya tetap memenuhi janji saya dengan mendisiplinkan diri.
Ketika tiba di rumah, maka Blackberry akan saya letakkan di kamar saja. Saya baru mengecek email dan BBM setelah anak-anak tidur dan setelah shalat subuh sebelum memulai aktivitas sehari-hari, atau ketika anak-anak sedang asyik bermain sendiri dan saya hanya perlu mengawasi :)
Akhirnya, seperti biasa saya sampai pada kesimpulan :
Ketika kepemilikan sebuah benda di dorong oleh kebutuhan, bukan hanya sekedar keinginan yang muncul akibat ingin mengikuti trend, ketika itulah kita akan bisa memanfaatkannya dalam kehidupan kita dengan lebih baik dan bijaksana :)
Jakarta, 14 Juli 2012
Untuk memenuhi janji kepada Debby Cintya :D
Yeni Suryasusanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar