Jumat, 25 April 2014

Ketika Kita Merasa Jenuh dan Lelah...

 


Saya rasa setiap orang pasti pernah merasakan titik jenuh akibat lelah dalam kehidupan.
Titik dimana kita seperti merasa ingin muntah karena semua seperti menimpa kita sekaligus. Ketika kita merasa sudah memberikan yang terbaik namun hasilnya masih tidak seperti yang kita harapkan – bahkan tidak menghasilkan apa-apa karena memang tidak ada yang berhasil selesai – karena banyak elemen yang terkait yang terkadang kemampuan elemen tersebut tidak berada dalam kekuasaan kita karena kita memang hanya memiliki kekuasaan penuh atas diri sendiri, bukan atas orang lain.

Apa yang harus kita lakukan pada saat itu?
Bagaimana caranya menawarkan rasa mual ingin memuntahkan semua dengan kata-kata pedas yang nyaris sudah terbentuk di ujung lidah namun menyadari bahwa jika kita lakukan hal itu hanya akan membuat situasi menjadi lebih parah?
Menarik diri sejenak mungkin merupakan solusi sementara yang terbaik, namun membayangkan hal buruk yang bisa terjadi tanpa bisa kita cegah saat kita menarik diri pun membuat pilihan ini tidak lagi menjadi yang terbaik.
Keluar dari masalah ini tanpa peduli juga bisa menjadi pilihan, namun bayangan kata “gagal melewati” mungkin akan membayangi pikiran kita seumur hidup.

Ketika rasa muak berbenturan dengan tanggung jawab dan akhlak, juga ketika rasa jenuh berbenturan dengan rasa butuh, ketika itulah kita merasakan sebuah dilema.
Dan belajar memang tidak mengenal usia. Setiap kali kita mengira satu masalah telah selesai dan kita telah mengambil hikmah dibaliknya, selalu saja ada pelajaran baru untuk kita jalani berikutnya. Semua kemudian berulang, namun dengan tingkatan yang lebih tinggi dan masalah yang biasanya semakin parah.

Di Paskibra 78, kami belajar untuk bertahan dan tetap menjalani setiap bagian terpahit dari kehidupan, dengan selalu mengedepankan tanggung jawab dan kewajiban. Kami belajar untuk berhenti disaat semua tugas telah selesai kami jalani. Karena memang hidup itu adalah perjuangan.
Disaat semua beban serasa tak tertanggungkan, Alhamdulillah selalu Allah mengirimkan bantuan. Entah itu berupa pendampingan, pengalih perhatian, kemudahan atau hanya sekadar tambahan daya tahan.
Tidak ada yang mengatakan hidup itu mudah. Namun ketika kita akhirnya berhasil melewati prosesnya dengan tetap memberikan yang terbaik dari diri kita dan dengan ikhlas menerima apa pun hasilnya, ketika itulah kita bisa melihat ke belakang dan berkata, “Ya, saya bisa.”

Saya percaya, ketika saya sampai di titik terparah dari sebuah masalah, pada akhirnya saya akan berhasil melalui semuanya, karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang tidak tertanggungkan.
Jadi, setiap kali rasa ingin muntah karena jenuh dan lelah itu sampai pada titik terparah, saya akan mencoba untuk bertahan dan menguatkan hati dengan berkata, “Insya Allah, ini semua akan menjadi ibadah…”

Karena hidup di dunia ini hanyalah sementara…

Jakarta, 25 April 2014
Yeni Suryasusanti